Apakahkamu lagi mencari jawaban dari pertanyaan Globalisasi, ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum?. Berikut pilihan jawabannya: a. neoimprealisme; b. neokapitalisme; c. liberalisme; d. neoliberalisme
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Rasa nasionalisme sangat penting bagi para generasi muda untuk menciptakan bangsa yang aman, dan damai, ditengah-tengah arus globalisasi yang semakin hari semakin bertentangan dengan budaya asli Indonesia. Nasionalisme menjadi syarat mutlak bagi setiap insan dalam bernegara. Rasa nasionalisme umumnya timbul karna adanya rasa senasib. Indonesia sendiri dengan sejarah penjajahan yang cukup kelam, membuat rasa nasionalisme itu tumbuh dengan sendirinya dalam muda yang saat ini, hidup di era yang baru, era globalisasi, dimana kehidupan nya jauh berbeda dengan generasi muda di masa lalu. Era globalisasi, era tanpa adanya penjajahan, serta terfasilitasi teknologi yang canggih, membuat kita terkadang melupakan perjuangan para generasi lampau, semestinya kita hargai perjuangan mereka dengan tetap melestarikan rasa dan jiwa nasionalisme yang tinggi, serta sadar akan budaya dan identitas Globalisasi Era globalisasi dimulai sejak awal tahun 1980-an , era yang telah banyak merubah berbagai aspek kehidupan manusia, baik dari segi politik, sosial, ekonomi, agama, dan tekonologi. Teknologi Informasi berkembang pesat, dimana pengguna internet di Indonesia saat ini berjumlah 132,7 juta atau 52% dari jumlah penduduk Indonesia. Adanya teknologi yang dapat menyajikan informasi hanya dalam hitungan detik, tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja, hal ini seringkali mengundang tindakan negatif dan menyimpang. Menyaring info dan berita yang beredar di internet, merupakan hal wajib yang harus dilakukan mengingat keadaan ini sering kali dimanfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab dalam penyebaran hoax yang dapat memicu perpecahan bangsa. Gambaran Generasi Muda Saat IniPengaruh globalisasi yang begitu kuat, khususnya terhadap anak muda, membuat banyak generasi muda kita ini kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan gejala –gejala yang muncul dikehidupan sehari- hari nya. Dilihat dari sikap dan tingkah lakunya banyak anak muda yang tidak mengenal sopan santun dan cenderung bersifat apatis tidak peduli dengan lingkungan sekitar, hal ini disebabkan ketika mereka sudah terjebak oleh dunia nya yang menganut pada nilai kebebasan dan keterbukaan, membuat banyak anak muda yang suka betindak sesuka hati mereka dan menganggap bahwa melanggar aturan merupakan tindakan yang lazim. Salah satu contoh yang dapat kita lihat tentang tindakan menyimpang ini, seperti adanya geng motor atau begal motor yang dilakukan anak muda, di Padang, Sumatera Barat. Tindakan ini disertai dengan tindak kekerasan yang jelas mengganggu ketentraman lingkungan dan kenyamanan masyarakat Pendidikan Karakter Pendidikan karakter menjadi kunci utama untuk menumbuhkan kembali rasa nasionalisme pada para generasi muda di era globalisasi ini. Tujuan utama dari pendidikan karakter ini adalah untuk melatih kemampuan diri mereka untuk mengerti dan memahami jati diri mereka masing-masing. Karna ketika jati diri sudah dimiliki, maka rasa nasionalisme akan dengan sendirinya tumbuh dalam diri mereka, sehingga dampak era globalisasi ini tak lagi mampu mempengaruhi pola pikir para generasi muda yang lebih berorientasi kepada pembentukan karakter sudah semestinya mendapatkan perhatian lebih dari instansi pemerintan yang berfokus kepada pendidikan di Indonesia. Kita setuju bahwa bangsa ini membutuhkan generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, dan hal ini hanya bisa dicapai dengan kualitas pendidikan karakter yang baik. Dari usaha pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter ini, diharapkan tidak akan ada lagi generasi yang apatis untuk peduli terhadap lingkungan, dan memiliki rasa cinta pada tanah air Indonesia dasarnya memang tidak ada yang salah dengan era ini, hanya saja sering kali generasi muda tergiur dengan berbagai kegemerlapan era globalisasi. Generasi muda Indonesia seperti sedang berada di zona nyaman namun nyatanya bisa kapan saja menikam. Hal ini dikarenakan ada begitu banyak kenyamanan yang ditawarkan di era ini. Maka apabila kita sebagai generasi muda tidak kritis, bisa saja pengaruh negatif dunia luar mempengaruhi pola piker kita, sehingga berdampak pada hilangnya rasa cinta dan jiwa nasionalisme. Hal inilah yang harus dihindari oleh para generasi muda di era globalisasi. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya Globalisasi ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum. a. neoimprealisme b. neokapitalisme c. liberalisme d. neoliberalisme e. kapitalisme Jawaban: d 48. Pada masa XXI memasuki era globalisasi ditandai dengan fenomena menyerupai di bawah ini, kecuali a. menguatkan ruang pribadi b. merupakan era kompetisi Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Globalisasi pada masa kini sudah bukan lagi suatu hal yang asing di telinga orang. Hampir setiap hari terdapat globalisasi yang terjadi di sekitar kita, mulai dari pola hidup, makanan, teknologi hingga barang-barang yang dikonsumsi masyarakat. Globalisasi itu sendiri didefinisikan oleh beberapa tokoh seperti Anthony Giddens, Malcolm Waters dan Mansour Faikh. Menurut mereka, globalisasi adalah suatu proses interaksi dan integrasi di dalam masyarakat, perusahaan dan pemerintahan dari berbagai dalam pengertian tersebut terdapat kata proses yang berarti tidak terjadi secara instan melainkan ada kita yang melakukan proses globalisasi tersebut. Selain ada kata proses, terdapat kata interaksi antara masyarakat dari berbagai negara. Di sinilah berbagai kontroversi muncul mulai dengan pihak yang mendukung adanya globalisasi dengan tujuan untuk memperluas kebudayaan dan teknologi, di sisi lain terdapat pihak yang menentang globalisasi untuk mempertahankan ciri khas dan nilai yang ada di dalam kebudayaan itu sendiri masih terbagi ke dalam berbagai macam bidang seperti bidang ekonomi yaitu seperti perdagangan, ekspor-impor, produk asing dan lainnya. Ada juga globalisasi dalam bidang politik, kebudayan dan bidang-bidang lainnya. Negara-negara di dunia pun mempunyai kebijakannya masing-masing dalam menyikapi globalisasi. Di antara semua bidang globalisasi tersebut, ada satu bidang yang memiliki kontroversi yang sangat jelas yaitu bidang teknologi. Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi adalah hasil dari berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia yang bertujuan untuk membantu kehidupan manusia atau menyederhanakannya. Salah satu alasannya adalah karena hampir semua bidang kehidupan terpengaruh oleh adanya teknologi. Contohnya saja, bidang perekonomian yang mulai meluas bidang usahanya menjadi online shopping dan online bank. Di bidang otomotif pun mulai muncul merek-merek ternama seperti Tesla yang mulai memproduksi mobil dengan teknologi bahan bakar listrik. Hal-hal seperti ini tentu saja bernilai positif, online shopping dan online bank membuat jual beli antar kota bahkan antar negara menjadi terwujud. Mobil keluaran merek Tesla yang juga membantu memelihara lingkungan dengan menggunakan bahan bakar listrik yang ramah begitu, pernahkah kalian berpikir, apa sajakah dampak dan harga yang harus dibayarkan untuk semua teknologi tersebut? Tentu saja kita semua tahu, bahwa suatu hal yang berteknologi tinggi akan menggunakan bahan yang berkualitas, serta alat yang memiliki teknologi yang tinggi juga. Pihak yang menentang globalisasi di bidang teknologi selalu mengeluh mengenai berkurangnya lapangan pekerjaan mereka yang tergantikan oleh teknologi jalan layang saja yang tadinya dijaga oleh beberapa pegawai pada setiap tempat pembayaran tiket, sekarang sudah mulai tergantikan oleh adanya e-money, serta beberapa dampak globalisasi teknologi terhadap lingkungan yang cukup buruk karena menimbulkan polusi. Memang terdapat teknologi yang bertujuan untuk mengurangi polusi seperti mobil listrik dan panel surya, tapi bukankah cukup banyak juga teknologi yang berdampak buruk untuk polusi di negeri pandangan penulis sendiri, globalisasi teknologi itu hal yang baik jika disikapi dengan benar. Kita semua tahu bahwa pada era teknologi ini semua hal yang kita kerjakan sebagian besar sudah berpindah ke dalam dunia digital. Dunia dimana pekerjaan fisik sudah sangat banyak berkurang. Apa artinya? Hal ini berarti pengetahuan kita yang sebelumnya harus diperluas lagi. Berkembangnya teknologi bukan hanya mengubah berbagai pekerjaan dan peralatan, namun harus mengubah pendidikan kita menjadi semakin lebih maju. Banyak sekali orang yang berpikir bahwa hilangnya pekerjaan secara fisik menandakan kehilangan segalanya, yakni pekerjaan yang mereka biasa lakukan. Inilah yang sebenarnya perlu kita sikapi dengan tetapi, bidang pekerjaan dan juga perkembangannya di dunia digital itu hanya akan dilakukan oleh orang yang sudah bekerja, sednagkan kita yang masih duduk di bangku sekolah baik perkuliahan maupun SMA, SMP atau SD masih bingung, apa kontribusi yang bisa kita berikan. Kuncinya adalah belajar. Dunia digital bukanlah suatu teknologi yang mudah atau sederhana bagi orang awam, tapi dengan mempelajarinya kita menjadi terbiasa. Apalagi di masa seperti saat pandemi COVID-19 ini dimana hampir semua orang dengan berbagai aktivitasnya dipaksa untuk mempelajari dunia digital. Sesuatu yang sulit jika dibiasakan oleh kita maka akan menjadi suatu hal biasa yang bahkan kita bisa jadi mahir dalam bidang tersebut. Sebagai generasi muda yang masih menimba ilmu, kita harus memperluas dan mempersiapkan diri kita juga harus tahu apa yang kita harus pelajari, contohnya dunia digital dan lainnya. Selain mempelajarinya kita juga haru berlatih untuk mengembangkannya dengan melatih diri kita berpikir secara kreatif dan juga out of the box. Dalam hal ini kita semua akan menjadi masa depan negara Indonesia ini, sekarang ini kita menjadi dasar negara yang harus kokoh nantinya untuk negara kita. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya globalisasidimunculkan. Dengan demikian, globalisasi pada dasarnya berpijak pada kebangkitan kembali liberalisme, suatu paham yang dikenal sebagai neoliberalisme.10 Globalisasi pada dasarnya merupakan proses pesatnya perkembangan kapitalisme yang ditandai dengan globalisasi pasar, investasi, dan proses produksi
Selama 25 tahun terakhir, banyak penelitian dan riset bergulir mengenai konsep, sejarah, dan perkembangan globalisasi – termasuk berbagai dimensi dan keuntungannya. World Economic Forum berargumen bahwa dunia telah mengalami empat gelombang globalisasi. Organisasi tersebut menerbitkan sebuah artikel yang merangkum perkembangan globalisasi. Menurut artikel tersebut, revolusi industri memunculkan gelombang pertama globalisasi pada akhir abad ke-19, didorong oleh perkembangan transportasi dan komunikasi. Gelombang pertama ini berakhir seiring dengan pecahnya Perang Dunia I pad 1914. Gelombang kedua bangkit setelah Perang Dunia II pada akhir 1945, dan berakhir pada 1989. Gelombang ketiga dimulai ketika tembok Berlin runtuh pada 1989 dan Uni Soviet bubar pada 1991, sebelum akhirnya mandek akibat krisis finansial global pada 2010. Seiring dengan pemulihan pascakrisis, bertumbuhnya ekonomi digital dan intelejensi buatan artificial intellligence, serta naiknya Cina sebagai kekuatan global – gelombang keempat muncul. Belakangan, muncul perdebatan mengenai apakah gelombang keempat tengah mengalami kemunduran dan apakah dunia telah siap untuk menyaksikan gelombang kelima tinggal landas. Persamaan dalam periode kemunduran gelombang pertama dengan dinamika global yang tengah terjadi sekarang cukup mengejutkan. Apakah persamaan yang terpisah jarak satu abad ini berarti kemunduran gelombang keempat akan terjadi? Apakah ada cukup bukti bahwa proses deglobalisasi tengah berlangsung ataukah ini hanya sekadar “slowbalisation” perlambatan globalisasi? Paralel Mundurnya globalisasi selama 30 tahun dari 1914 hingga 1945 merupakan dampak geopolitik dan ekonomi dari Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Faktor lainnya melingkupi Pandemi Flu Spanyol pada 1918-1920; kehancuran pasar saham pada 1929 yang diikuti oleh krisis ekonomi Great Depression pada 1930; dan bangkitnya blok komunis di bawah rezim Stalin pada dekade 1940an. Periode ini lebih jauh ditandai dengan sentimen proteksionisme, kenaikan tarif dan hambatan perdagangan lainnya, serta penurunan perdagangan internasional secara umum. Terdapat paralel yang tidak dapat dimungkiri jika melihat konteks ekonomi global saat ini. Dunia masih berjuang menghadapi pandemi COVID-19 yang membawa dampak yang merugikan bagi perekonomian global, rantai pasokan, dan kesejahteraan masyarakat. Perang Rusia-Ukraina juga memiliki kontribusi terhadap ketidakpastian global dan kelangkaan pangan. Konflik ini juga menyebabkan meroketnya harga gas dan bahan bakar minyak, gangguan lebih jauh terhadap rantai nilai global, dan polarisasi politik. Melonjaknya harga berbagai barang konsumsi dan energi memberikan tekanan terhadap tingkat harga secara umum. Inflasi dunia menanjak agresif untuk pertama kalinya selama 40 tahun. Otoritas moneter di seluruh dunia kini tengah bergelut melawan inflasi. Institusi tata kelola global seperti Organisasi Perdagangan Dunia WTO dan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB, yang berfungsi dengan baik pasca-Perang Dunia II, kini mengalami penurunan pengaruh. Sementara, Perang Rusia-Ukraina membagi perpolitikan dunia menjadi tiga kelompok. Mereka adalah kelompok pendukung invasi, negara-negara netral, serta negara-negara oposisi yang didominasi oleh Amerika Serikat AS, Uni Eropa, dan Inggris. Perpecahan ini menimbulkan tantangan geopolitik yang rumit, yang pelan-pelan mengarah pada perubahan mitra dagang dan regionalisme. Eropa kini mulai mencari pemasok minyak dan gas baru sebagai alternatif dari Rusia. Di sisi lain, indikasi awal perluasan pengaruh Cina di Asia semakin jelas. Dunia yang makin tak terhubung Deglobalisasi didefinisikan sebagai sebuah gerakan menuju dunia yang makin tak terhubung, dengan ciri khas keberadaan berbagai negara bangsa yang kuat, solusi lokal, dan kontrol perbatasan alih-alih institusi global, perjanjian, dan pergerakan bebas. Saat ini, muncul pula perbincangan soal slowbalisation. Terminologi ini pertama kali diperkenalkan oleh pengamat tren dan futurolog Adjiedji Bakas pada 2015 untuk mendeskripsikan fenomena integrasi ekonomi global berkelanjutan melalui arus perdagangan, keuangan, dan lainnya, walaupun pada laju yang sangat melambat. Data globalisasi ekonomi memberikan gambaran yang menarik. Data tersebut menunjukkan bahwa, bahkan sebelum pandemi COVID-19 menyebar pada 2020, perlambatan intensitas globalisasi jelas terlihat. Data yang menampilkan takaran globalisasi melingkupi Ekspor barang dan jasa di tingkat global. Persentase ekspor pada total pendapatan domestik bruto PDB mencapai angka tertingginya di level 31% pada 2008, tepat menjelang gelombang ketiga berakhir. Proporsi ekspor pada PDB global anjlok dan baru mulai pulih pada 2011, atau ketika dunia memasuki tahap awal globalisasi gelombang keempat. Namun, angka ekspor terus mengalami kemunduran, mencapai 28% dari PDB global pada 2018 dan 26% ketika pandemi menyerang pada 2020. Volume arus masuk investasi asing langsung FDI. Arus masuk FDI mencapai puncaknya pada kisaran US$2 triliun Rp triliun pada 2016, sebelum mengalami penurunan dan menyentuh US$1,48 triliun pada 2019. Walaupun arus masuk FDI pada 2020 hanya berkisar di angka US$963 miliar atau 20% di bawah level krisis finansial 2009, angka ini mengalami pemulihan menjadi US$1,58 miliar pada 2021. Persentasi FDI terhadap PDB mengalami kenaikan dari hanya sekitar 1% pada 1989 hingga mencapai puncak 5,3% in 2007. Setelah mengalami penurunan akibat krisis keuangan global, sebelum naik pada 2015 dan 2016 ke kisaran 3,5%. Angka ini kembali amblas ke level 1,7% pada 2019 dan 1,4% pada 2020. Seiring perkembangan zaman, perusahaan multinasional menjadi motor penggerak globalisasi ekonomi. Jumlah mereka mengindikasikan kemauan perusahaan untuk berinvestasi di luar batas negaranya. UN Conference on Trade and Development UNCTAD melaporkan bahwa terdapat perusahaan multinasional yang beroperasi pada 2008. Angka ini menyusut menjadi pada 2017. Data arus modal swasta dunia termasuk investasi asing langsung, arus ekuitas portofolio, pengiriman uang, dan pinjaman sektor swasta tidak tersedia. Namun, Data Organisation for Economic Co-operation and Development OECD menunjukkan bahwa arus modal swasta untuk negara-negara pelapor mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar US$414 miliar pada 2014, diikuti dengan tren penurunan menjadi US$229 miliar pada 2019, dan arus keluar negatif sebesar US$8 miliar pada 2020. Tren penurunan ini semakin termaterialisasi dengan fragmentasi hubungan ekonomi yang makin dalam akibat fenomena Brexit dan relasi problematis antara AS dan Cina, terutama pada era kepemimpinan Presiden AS Donald Trump. Bagaimana selanjutnya? Pertanyaannya sekarang adalah apakah data yang ada mengindikasikan kemunduran dari globalisasi, seperti yang terjadi pada gelombang pertama satu abad lalu; atau itu hanya proses deglobalisasi; atau slowbalisation untuk mengantisipasi pemulihan ekonomi dunia setelah terdampak pandemi COVID-19 dan Perang Ukraina? Kesamaan antara gelombang pertama globalisasi dengan peristiwa global yang berlangsung saat ini sangat besar, meski terjadi dalam tatanan dunia yang sangat berbeda. Dinamika yang saat ini membentuk dunia – seperti kemajuan teknologi, era digital, dan kecepatan penyebaran teknologi dan informasi – tentu akan mempengaruhi intensitas kemunduran pada ketergantungan yang ada pada globalisasi. Negara bangsa telah menyadari bahwa menyepakati kontrak dan perjanjian dengan perusahaan-perusahaan dari negara lain secara sembarangan bisa menyebabkan masalah. Oleh karena itu, mitra dagang dan investasi harus dipilih dengan cermat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama tiga tahun ke belakang menunjukkan bahwa perekonomian dunia sangat terintegrasi. Meskipun banyak contoh pendekatan proteksionisme dan kebijakan yang fokus pada ranah domestik, dunia tidak mungkin seutuhnya mundur dari globalisasi. Fenomena yang paling mungkin terjadi adalah fragmentasi, yaitu rantai pasok menjadi lebih fokus pada tingkat kawasan. Peraih Nobel di bidang ekonomi, Joseph Stiglitz merujuk langkah ini sebagai “friend shoring” mengarahkan rantai pasok ke mitra sahabat, sebuah frasa yang dicetuskan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Sekarang ini, cukup jelas bahwa proses globalisasi menunjukkan baik karakteristik deglobalisasi maupun slowbalisation. Selain itu, cukup jelas bahwa guncangan eksternal global yang terjadi menunjukkan perlunya pemikiran ulang, pengaturan ulang tujuan, dan reformasi proses globalisasi secara menyeluruh. Hal-hal ini kemungkinan akan mengarahkan dunia pada gelombang globalisasi kelima.
Berikutini yang bukan pelaku utama dan sekaligus merupakan motor penggerak globalisasi adalah answer choices . negara. perusahaan transnasional. ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum. answer choices . neoimprealisme. neokapitalisme. Menurut kaum hiperglobalis, globalisasi didefinisikan sebagai. answer choices
- Dunia ini masuk era globalisasi, di mana terjadi percepatan pergerakan dalam pertukaran banyak hal, mulai dari manusianya, barang, jasa hingga praktik budaya. Globalisasi mendorong dan meningkatkan interaksi antara berbagai wilayah dan populasi di seluruh Melansir You Matter, dalam geografi, pengertian globalisasi adalah sekumpulan proses ekonomi, sosial, budaya, teknologi, kelembagaan yang berkontribusi pada hubungan antara masyarakat dan individu di seluruh dunia. Ini adalah proses progresif di mana pertukaran dan aliran antara berbagai belahan dunia diintensifkan. Dalam perekonomian, menurut Committee for Development Policy, globalisasi adalah proses meningkatnya saling ketergantungan ekonomi dunia sebagai akibat dari meningkatnya skala lintas perdagangan perbatasan komoditas dan jasa, arus modal internasional dan penyebaran teknologi yang luas dan cepat. Itu mencerminkan ekspansi berkelanjutan dan integrasi bersama dari perbatasan pasar dan signifikansi yang berkembang pesat dari informasi dalam semua jenis kegiatan produktif dan pemasaran adalah dua kekuatan pendorong utama untuk globalisasi ekonomi. Baca juga Pangeran Philip Wafat, Pangeran Harry Akan Pulang ke Inggris, Meghan Ikut? Era sejarah Globalisasi, menurut catatan sejarah, bukanlah suatu proses yang baru saja terjadi pada era modern kini. Fenomena global telah terjadi tahun lalu, pada awal sejarah manusia, sebagaimana dikutip dari You Matter. Dilandasi dengan pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki keingintahuan yang tinggi untuk menjajaki banyak hal dan menjelajah. Sepanjang waktu, perdagangan atau pertukaran budaya masyarakat berkembang. Selain itu, fenomena migrasi juga telah berkontribusi pada pertukaran populasi dengan ragam budayanya. Saat ini, dalam bentuk traveling pertukaran budaya berlangsung lebih cepat. Fenomena ini terus berlanjut sepanjang sejarah, terutama melalui penaklukan militer dan ekspedisi eksplorasi. Namun baru kemajuan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang mempercepat globalisasi. Khususnya setelah paruh kedua abad ke-20, perdagangan dunia meningkat pesat sedemikian rupa dalam dimensi dan kecepatan, sehingga istilah "globalisasi" mulai umum digunakan. Baca juga Seperti Apa Kehidupan di Negara Paling Bahagia Sedunia? WNI di Finlandia Bercerita... Dampak Globalisasi, suatu gerakan besar di dunia, apa saja dampaknya? Tentu saja tidak selalu positif, tapi ada dampak negatif dari globalisasi. Berikut 5 dampak positif dari globalisasi Pertama, globalisasi telah menyebabkan peningkatan tajam dalam perdagangan dan pertukaran ekonomi, tetapi juga multiplikasi pertukaran keuangan. Pada 1970-an ekonomi dunia terbuka dan perkembangan kebijakan perdagangan bebas mempercepat fenomena globalisasi. Antara 1950 dan 2010, ekspor dunia meningkat 33 kali lipat. Ini secara signifikan berkontribusi pada peningkatan interaksi antara berbagai wilayah di akselerasi pertukaran ekonomi ini telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi global yang kuat juga. Baca juga Apa Itu Nation of Islam? Ketiga, globalisasi mendorong perkembangan industri global dengan pesat yang memungkinkan banyak pertukaran teknologi dan komoditas. Keempat, mempermudah pertukaran modal di antara para pemain keuangan dunia. Globalisasi keuangan ini telah berkontribusi pada kebangkitan pasar keuangan global di mana kontrak dan pertukaran modal berlipat ganda. Kelima, pertukaran dan perkembangan budaya. Artinya, ada pertukaran informasi soal perbedaan adat istiadat dan kebiasaan di antara masyarakat lokal dari seluruh dunia. Pada saat yang sama, buku, film, dan musik yang menggambarkan identitas budaya suatu negara, kini tersedia secara instan di seluruh dunia Baca juga 28 Negara Berbentuk Kerajaan yang Masih Eksis di Dunia, Apa Sajakah Itu? Berikut 5 dampak negatif dari globalisasi Pertama, menghomogenkan budaya dunia. Itulah mengapa ciri-ciri budaya tertentu dari beberapa negara menghilang, dari bahasa hingga tradisi atau bahkan industri tertentu. Kedua, hanya beberapa aktor negara, perusahaan, individu yang lebih diuntungkan dari fenomena globalisasi. Sedangkan, yang lain terkadang dianggap sebagai “pecundang” globalisasi. Faktanya, laporan dari Oxfam mengatakan bahwa 82 persen dari kekayaan yang dihasilkan dunia diberikan kepada 1 persen populasi, seperti yang dilansir dari You Matter. Ketiga, globalisasi berdampak negatif terhadap lingkungan. Baca juga Simbol Setanisme dalam Era Modern, Apa Artinya? Perkembangan besar-besaran transportasi yang telah menjadi dasar globalisasi, juga bertanggung jawab atas masalah lingkungan yang serius seperti emisi gas rumah kaca, pemanasan global atau polusi udara. Distribusi barang di seluruh dunia juga menimbulkan masalah sampah yang besar, terutama yang menyangkut polusi plastik. Keempat, globalisasi menyebabkan pengangguran dunia, meskipun hal itu membawa beberapa kesempatan kerja. Terlepas dari kenyataan bahwa itu membawa peluang kerja ke global, tetapi itu masih disalahkan untuk situasi saat ini, seperti yang dilansir dari UK Essays. Misalnya, Indonesia menghadapi pengangguran dan kemiskinan yang meningkat ke tingkat yang tidak dialami dalam dua dekade, kondisi kesehatan yang memburuk, dan lingkungan alam yang rusak Piasecki R dan Wolnicki M., 2004 Kelima, globalisasi telah menyebabkan penyebaran budaya dan pengaruh barat dengan mengorbankan budaya lokal di negara berkembang. Misalnya gaya berpakaian dan kebiasaan makan, bahasa. Baca juga Apa Pentingnya Lapisan Es Abadi di Bumi? Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. FinalDISUSUN OLEH : BASRI HASANUDDIN LATIEF E 131 11 258 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2013 f Final Globalisasi 1. Sebutkan dan jelaskan defenisi, cirri utama globalisasi yang anda ketahui berdasarkan para ahli.
› Semua pembicaraan tentang deglobalisasi tidak boleh membutakan kita terhadap kemungkinan bahwa krisis saat ini sebenarnya dapat menghasilkan globalisasi yang lebih baik. HERYUNANTODengan berakhirnya hiperglobalisasi pasca-1990-an, skenario ekonomi dunia berjalan secara keseluruhan. Dalam kasus terbaik, mencapai keseimbangan yang lebih baik antara hak prerogatif negara-bangsa dan persyaratan ekonomi terbuka mungkin memungkinkan kemakmuran inklusif di dalam negeri dan perdamaian dan keamanan di luar hiperglobalisasi setelah tahun 1990-an secara umum diakui telah berakhir. Pandemi Covid-19 dan perang Rusia melawan Ukraina telah menurunkan pasar global ke peran pendukung sekunder, dan paling banter di balik tujuan nasional, yaitu khususnya kesehatan masyarakat dan keamanan nasional. Namun, semua pembicaraan tentang deglobalisasi tidak boleh membutakan kita terhadap kemungkinan bahwa krisis saat ini sebenarnya dapat menghasilkan globalisasi yang lebih baik. Sebenarnya, hiperglobalisasi telah mundur sejak krisis keuangan global 2007-2008. Pangsa perdagangan dalam PDB dunia mulai menurun setelah 2007 karena rasio ekspor terhadap PDB China anjlok luar biasa hingga 16 persen. Rantai nilai global berhenti menyebar. Aliran modal internasional tidak pernah pulih ke puncaknya sebelum tahun 2007. Dan politisi populis yang secara terbuka memusuhi globalisasi menjadi jauh lebih berpengaruh di negara-negara juga Konflik Rusia-Ukraina dan DeglobalisasiHiperglobalisasi runtuh di bawah banyak kontradiksinya. Pertama, ada ketegangan antara keuntungan dari spesialisasi dan keuntungan dari diversifikasi produktif. Prinsip keunggulan komparatif menyatakan bahwa negara-negara harus berspesialisasi dalam apa yang saat ini mereka hasilkan dengan baik. Tetapi, garis panjang pemikiran pembangunan menyarankan bahwa pemerintah seharusnya mendorong ekonomi nasional untuk menghasilkan apa yang dilakukan negara-negara kaya. Hasilnya adalah konflik antara kebijakan intervensionis dari ekonomi paling sukses, terutama China, dan prinsip-prinsip ”liberal” yang diabadikan dalam sistem perdagangan hiperglobalisasi memperburuk masalah distribusi di banyak negara. Sisi lain yang tak terhindarkan dari keuntungan perdagangan adalah redistribusi pendapatan dari yang kalah kepada yang menang. Dan ketika globalisasi semakin dalam, redistribusi dari pecundang ke pemenang tumbuh semakin besar dibandingkan dengan keuntungan bersih. Ekonom dan teknokrat yang mengotori logika sentral disiplin mereka akhirnya merusak kepercayaan publik keunggulan komparatif menyatakan bahwa negara-negara harus berspesialisasi dalam apa yang saat ini mereka hasilkan dengan hiperglobalisasi menggerogoti akuntabilitas pejabat publik terhadap pemilihnya. Seruan untuk menulis ulang aturan globalisasi ditanggapi dengan jawaban bahwa globalisasi tidak dapat diubah dan tak tertahankan—”ekonomi yang setara dengan kekuatan alam, seperti angin atau air”, seperti yang dikatakan oleh Presiden AS Bill Clinton waktu itu. Kepada mereka yang mempertanyakan sistem yang berlaku, Perdana Menteri Inggris Tony Blair menjawab bahwa, ”Anda sebaiknya berdebat apakah musim gugur harus mengikuti musim panas.”Keempat, logika zero-sum keamanan nasional dan persaingan geopolitik bertentangan dengan logika positive-sum kerja sama ekonomi internasional. Dengan kebangkitan China sebagai saingan geopolitik Amerika Serikat, dan invasi Rusia ke Ukraina, persaingan strategis telah menegaskan kembali dirinya di bidang LEE/POOL/FILE PHOTOStaf Kementerian Transportasi China menyiapkan bendera China dan AS untuk pertemuan antara Menteri Transportasi China Li Xiaopeng dan Menteri Transportasi AS Elaine Chao di Kementerian Transportasi China di Beijing, China, 27 April 2018. Relasi perdagangan antara China dan AS saat ini diwarnai ketegangan akibat kebijakan peningkatan bea impor oleh AS atas sejumlah produk ekonomiDengan runtuhnya hiperglobalisasi, skenario ekonomi dunia berjalan secara keseluruhan. Hasil terburuk, mengingat tahun 1930-an, adalah penarikan oleh negara atau kelompok negara ke dalam autarki. Kemungkinan yang tidak terlalu buruk, tetapi masih buruk, adalah bahwa supremasi geopolitik berarti bahwa perang dagang dan sanksi ekonomi menjadi fitur permanen dari perdagangan dan keuangan internasional. Skenario pertama tampaknya tidak mungkin di mana ekonomi dunia lebih saling bergantung dari sebelumnya dan biaya ekonomi akan sangat besar, tetapi kita tentu tidak dapat mengesampingkan yang dimungkinkan juga untuk membayangkan skenario yang baik di mana kita mencapai keseimbangan yang lebih baik antara hak prerogatif negara-bangsa dan persyaratan ekonomi terbuka. Penyeimbangan kembali semacam itu mungkin memungkinkan kemakmuran inklusif di dalam negeri dan perdamaian dan keamanan di luar juga Menghadapi Gejolak Ekonomi DuniaLangkah pertama adalah bagi pembuat kebijakan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada ekonomi dan masyarakat oleh hiperglobalisasi, bersama dengan kebijakan lain yang mengutamakan pasar. Ini akan membutuhkan kebangkitan semangat era Bretton Woods, ketika ekonomi global melayani tujuan ekonomi dan sosial domestik, yaitu lapangan kerja penuh, kemakmuran, dan kesetaraan daripada bawah hiperglobalisasi, pembuat kebijakan membalikkan logika ini, dengan ekonomi global menjadi tujuan dan masyarakat domestik sebagai prasarananya. Integrasi internasional kemudian menyebabkan disintegrasi orang mungkin khawatir bahwa penekanan pada tujuan ekonomi dan sosial domestik akan merusak keterbukaan ekonomi. Pada kenyataannya, kemakmuran bersama membuat masyarakat lebih aman dan lebih mungkin untuk menyetujui keterbukaan terhadap dunia. Pelajaran utama dari teori ekonomi adalah bahwa perdagangan menguntungkan suatu negara secara keseluruhan, tetapi hanya selama masalah distributif demi kepentingan pribadi negara-negara yang dikelola dengan baik dan tertata dengan baik untuk bersikap terbuka. Ini juga merupakan pelajaran dari pengalaman nyata di bawah sistem Bretton Woods, ketika perdagangan dan investasi jangka panjang meningkat secara penting kedua untuk skenario yang baik adalah bahwa negara-negara tidak mengubah upaya yang sah untuk keamanan nasional menjadi agresi terhadap negara lain. Rusia mungkin memiliki kekhawatiran yang masuk akal tentang perluasan NATO, tetapi perangnya di Ukraina adalah respons yang sepenuhnya tidak proporsional yang kemungkinan akan membuat Rusia kurang aman dan kurang makmur dalam jangka kekuatan besar, dan AS khususnya, ini berarti mengakui multipolaritas dan mengabaikan pencarian supremasi global. AS cenderung menganggap dominasi Amerika dalam urusan global sebagai keadaan alami. Dalam pandangan ini, kemajuan ekonomi dan teknologi China secara inheren dan terbukti dengan sendirinya merupakan ancaman, dan hubungan bilateral direduksi menjadi permainan juga Globalisasi dan Kecenderungan Pasca-TrumpMengesampingkan pertanyaan apakah AS benar-benar dapat mencegah kebangkitan relatif China, pola pikir ini berbahaya dan tidak produktif. Untuk satu hal, ini memperburuk dilema keamanan, yaitu kebijakan Amerika yang dirancang untuk melemahkan perusahaan China, seperti Huawei, kemungkinan akan membuat China merasa terancam dan merespons dengan cara yang memvalidasi ketakutan AS terhadap ekspansionisme zero-sum juga mempersulit untuk menuai keuntungan bersama dari kerja sama di bidang-bidang seperti perubahan iklim dan kesehatan masyarakat global, sambil mengakui bahwa akan ada persaingan di banyak domain lain. Singkatnya, dunia masa depan kita tidak perlu menjadi dunia di mana geopolitik mengalahkan segalanya dan negara atau blok regional meminimalkan interaksi ekonomi mereka satu sama lain. Jika skenario dystopian itu terwujud, itu bukan karena kekuatan sistemik di luar kendali kita. Seperti halnya hiperglobalisasi, itu karena kita membuat pilihan yang Rivai,Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas UPN Veteran JakartaARSIP PRIBADIAswin Rivai, Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas UPN Veteran Jakarta
Homepage» Lifestyle » Era Globalisasi, Kembangkan Diri Anda dengan 6 Cara Ini. Era Globalisasi, Kembangkan Diri Anda dengan 6 Cara Ini. 05/05/2018 by Yoseni Turnip. Geosiar.com, Lifestyle - Zaman terus berubah, sudah pasti manusia juga harus lebih maju dan berkembang. Namun, mengembangkan diri tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan.

Globalisasiadalah perubahan sosial, itu merupakan arti globalisasi dalam bentuk. Tes pemahaman proses 0% average accuracy. an hour ago. tyas_maharani0499_61838. 0. Save. Edit. Edit. Tes pemahaman proses,aspek dan dampak Globalisasi DRAFT. an hour ago. by tyas_maharani0499_61838. Played 0 times. 0. 12th grade . 0% average accuracy. 0

Globalisasi ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum. The global cultural approach merupakan bagian dari. Berikut ini, soal pg pkn dan jawabannya, dimulai dari soal nomor 76 sampai dengan 90. Melanjutkan contoh soal dengan jawaban pkn kelas xii semester 2 pilihan ganda bab. Soal ini sudah masuk kepembahasan kurikulum 2013.

IDEOLOGITRANSNASIONAL DI ERA GLOBALISASI : PENGARUHNYA TERHADAP ASWAJA DAN NKRI Prof. Dr. Muhammad Baharun, S.H., M.A.** Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H, MM. *** Istilah globalisasi telah menjadi konsep yang sering digunakan untuk menggambarkan fenomena dunia kontemporer. Dalam banyak definisi, terutama yang berangkat dari kaum globalis, konsep globalisasi merujuk kepada fenomena .
  • z8xg3lhms3.pages.dev/681
  • z8xg3lhms3.pages.dev/506
  • z8xg3lhms3.pages.dev/769
  • z8xg3lhms3.pages.dev/270
  • z8xg3lhms3.pages.dev/121
  • z8xg3lhms3.pages.dev/954
  • z8xg3lhms3.pages.dev/553
  • z8xg3lhms3.pages.dev/967
  • z8xg3lhms3.pages.dev/603
  • z8xg3lhms3.pages.dev/144
  • z8xg3lhms3.pages.dev/697
  • z8xg3lhms3.pages.dev/496
  • z8xg3lhms3.pages.dev/536
  • z8xg3lhms3.pages.dev/345
  • z8xg3lhms3.pages.dev/140
  • globalisasi ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum