Suratal-'Alaq merupakan surat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad Salallahu 'alaihi wasallam dan jawaban dari apa yang ditanyakan oleh sebagian besar manusia tentang hakikat dirinya, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 10, Pustaka Imam Syafi'i; Tafsir al Qurthubi jilid 20, Pustaka Azzam; Ali Markasan Al-Ghafani, Lc, Modul tadabburi Tafsir QS An-Nas Al-Azhar dan Ibnu Katsir. Berlindung dari Setan Jin dan Setan Manusia. AN-NAAS atau Al-Nas Manusia adalah surat terakhir dalam Mushaf Al-Quran, yakni surat ke-114. Ayatnya pendek-pendek, namun maknanya sangat An-Nas berintikan perintah kepada kita umat Islam agar berlindung kepada Allah SWT dari dari kejahatan bisikan syetan dan manusia yang biasa bersembunyi waswasil khannas .Berikut ini Tafsir QS An-Nas dari Tafsir Al-Azhar dan Ibnu Katsirقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلََهِ النَّاسِ مِنْ شَرِّ الوَسْوَاسِ الخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ مِنَ الجِنَّةِ وَالنَّاسِ “Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan Rob/yang memelihara manusia, Raja manusia, Sembahan Ilaah manusia. Dari kejahatan bisikan syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan kejahatan ke dalam manusia, dari golongan jin dan manusia.” TAFSIR AL-AZHAR PROF HAMKADi dalam Surat yang terakhir dalam susunan Al-Qur’an yang 114 Surat ini, disebutkanlah ajaran bagaimana caranya manusia berlindung kepada Allah dari sesamanya sendiri HAMKA dan saudara yang membaca karangan ini adalah manusia. Dan kita pun hidup di tengah-tengah dari hubungan kita dengan Allah, kita pun selalu berhubungan dengan sesama manusia. Tidak ada di antara kita yang dapat membebaskan diri daripada ikatan dengan sesama dalam Surat 3, Ali Imran ayat 112 dengan tegas Allah memberikan peringatan bahwa kehinaan akan dipikulkan Tuhan kepada kita kecuali dengan berpegang kepada dua tali tali dari Allah dan tali dari manusia. Agama sendiri pun, selain mengatur tali perhubungan dengan Allah, juga mengatur tali perhubungan dengan sesama kita pun maklum dan mengalami sendiri, bahwa pergaulan dengan sesama manusia itu bukanlah suatu yang mudah. Yang bagus menurut pendapat kita belum tentu bagus menurut pendapat orang lain. Langkah cita-cita yang baik belum tentu diterima orang lain. Kalau dipandangnya akan merugikannya, niscaya akan tengah-tengah gelombang kehidupan manusia yang banyak itu, dengan berbagai macam ragam keinginan, kelakuan, cita-cita, lingkungan dan pendidikan terseliplah kita, saya dan saudara, sebagai pribadi. Menyisih dari sesama manusia tidak bisa, dan bergaul terus dengan mereka bukan tak ada pula akibatnya, akibat yang baik ataupun yang bisa menguntungkan kita dan bisa membahayakan diajarkanlah pada Surat yang terakhir ini bagaimana cara kita menghadapi dan hidup di tengah-tengah manusia. Kita dengan ajaran melalui Nabi SAW disuruh memperlindungkan diri kepada Allah! Karena Allah itulah Rabbun-Naasi, Pemelihara Manusia. Malikun-Naasi, Penguasa Manusia dan Ilahun-Naasi, Tuhan bagi adalah Rabbun, Malikun, adalah Pemelihara, Penguasa dan adalah KHALIQ, artinya Pencipta. Di samping menciptakan seluruh alam, Allah pun menciptakan manusia, dan manusia itu mempunyai pergaulan hidup. Manusia diberi akal budi, sehingga manusia hidup di permukaan bumi ini jauh berbeda dengan kehidupan makhluk Allah yang lain. Sebab itu maka manusia dapat merencanakan apa yang akan dikerjakannya di dalam menempuh jalan hidupnya sampai dunia ini akan ditinggalkannya Allah membiarkan saja manusia hidup menurut semau-maunya.“Apakah menyangka manusia itu bahwa ia akan dibiarkan saja hidup terlunta-lunta?” Al-Qiyaamah 36.Tuhan adalahRabbun-Naasi , Pemelihara manusia. Tidak dibiarkan terlantar, dipelihara-Nya lahirnya dan batinnya, luarnya dan dalamnya, jasmaninya dan rohaninya, makanannya dan minumannya. Yang dipelihara-Nya itu termasuk aku, engkau dan termasuk segala makhluk yang bernamaNaas atauInsan dalam dunia ini. Sehingga turun nafas kita, perjalanan dan goyangan jantung siang dan malam yang tidak pernah berhenti, alat-alat pencerna tubuh, telinga alat pendengar, mata alat melihat, hidung alat pembau, semuanya dipelihara terus oleh Maha Pemelihara itu, oleh Rabbun Dia adalah pula Malikun-Naasi, Penguasa dari seluruh kalimatmalik itu dibaca tidak dipanjangkan bacaan pada mim tidak denganmadd , panjang dua alif menurut ilmu tajwid, berartilah diaPenguasa atau Raja. Pemerintah tertinggi atau Sultan. Tetapi kalau malik dibaca dengan dipanjangkan dua alif pada mim, berarti diaYang Empunya .Dipanjangkan membacamim ataupun dibaca tidak dipanjangkan, namun pada kedua bacaan itu memang terkandung kedua pengertian Allah itu memang Raja, atau Penguasa yang mutlak atas diri manusia Maha Kuasa Allah itu mentakdirkan dan mentadbirkan, sehingga mau tidak mau, kita manusia mesti menurut peraturan yang telah ditentukan-Nya, yang disebut kita hendak dilahirkan-Nya ke dunia, hanya berasal dari setetes mani, kita pun lahir. Kalau kita hendak dimatikan-Nya, bagaimanapun bertahan, kita pasti mati. Kita ini Dialah yang empunya. Bahkan nyawa kita sendiri kitalah yang empunya. Namun pada hakikatnya, yang empunya nyawa kita bukanlah kita, melainkan Dia. Jelas dikatakan-Nya dalam Wahyu-Nya, artinya Nyawa-Nya, bukan Ruhi-iy Roh atau nyawaku! Dengan K, huruf kecil.Kalau sudah jelas bahwa nyawa kita sendiri bukan kita manusia yang empunya, apalah lagi yang kita kuasai dan kita punyai dalam diri kita ini?Tidak ada!Maka tidaklah ada artinya mengakui Allah sebagai Rabbun, atau Pemelihara, kalau kita tidak mengakui yang selanjutnya, yaitu bahwa Allah itu sebagai Malikun adalah sebagai Penguasa atas kita manusia, Raja atas kita manusa, yang Memiliki atas diri seluruh manusia, termasuk aku dan engkau!Oleh sebab hanya Dia Pemelihara dan hanya Dia Penguasa, maka hanya Dia pulalah yang Ilah, hanya Dia sajalah yang Tuhan, yang wajar buat disembah dan dipuja. Kepada-Nyalah kembali segala persembahan dan segala perlindungkan diri kepada Allah, Pemelihara, Penguasa dan Tuhan dari Sarwa Sekalian Alam, dan khusus dari seluruh manusia dari segala Surat yang telah lalu, Surat 113, Al-Falaq kita memperlindungkan diri kepada Allah sebagai Pemelihara dari pergantian malam kepada siang, dari kejahatan segala apa pun yang Dia jadikan. Kita melindungkan diri kepada-Nya, dalam keadaan-Nya sebagai Pemelihara dari kegelapan malam, dan kita pun melindungkan diri dari mantra dan tuju tukang sihir, ataupun dari bujuk rayu perempuan sebagai ditafsirkan oleh Abu Muslim dan dari hasad dengkinya orang yang dengki. Namun pada Surat penutup ini, Surat 114 kita berlindung kepada Allah dari satu macam bahaya yang timbul dari sesama manusia. Apakah bahaya itu?Yaitu “Dari kejahatan bisik-bisikan dari si pengintai-peluang.” ayat 4. Ialah orang yang selalu mengintai kalau ada peluang. Yang selalu menunggu moga-moga kita terlengah. Maka saat kita terlengah itulah peluang yang baik baginya untuk membisik-bisikkan suatu!“Yang membisik-bisikkan di dalam dada manusia.” ayat 5. Dia berbisik-bisik, bukan berterang-terang. Dia masuk ke dalam dada manusia secara halus sekali. Dia menumpang dalam aliran darah, dan darah berpusat ke jantung, dan jantung terletak di dalam dengan tidak disadari bisikan yang dimasukkan melalui jantung yang dibalik benteng dada itu, dengan tidak disadari terpengaruhlah oleh bisik itu. Sedianya kita akan maju, namun karena mendengar bisikan dalam dada itu, kita pun hati kita telah bulat hendak berjihad fi Sabilillah, namun karena bisikan yang menembus hati itu, kita tidak jadi berjihad. Kita menjadi ragu akan maju ke muka. Bisikan dalam hati yang menghasilkan ragu-ragu itu sangatlah menurunkan mutu kita sebagai perasaan yang dibisikkan oleh sesuatu di dalam dada itu telah diberi nama dalam ayat-ayat ini, yaitu waswas! Dan dia pun telah menjadi bahasa Indonesia kita, yang memasukkan waswas ini ke dalam dada kita? Ditegaskan oleh ayat terakhir. Dia terdiri “Daripada jin dan manusia.” ayat 6.Si pengintai-peluang ayat 4 disebut siKHANNAS !Ada yang halus atau secara halus, itulah yang dari jin. Ada yang kasar secara kasar, itulah yang dari membujuk, merayu, setelah memperhatikan bahwa kita kelengahan kita, timbullah penyakit waswas dalam dada, hilang keberanian menegakkan yang benar dan menangkis yang salah, sehingga rugilah hidup di tengah-tengah pergaulan manusia yang menempuh jalan berliku-liku ayat penghabisan ini telah dijelaskan bahwasanya si pengintai-peluang itu terdiri dari dua jenis, yaitu jin dan manusia. Al-Hasan menegaskan“Keduanya sama-sama syaitan. Syaitan yang berupa jin memasukkan waswas ke dalam dada manusia. Adapun syaitan yang berupa manusia memasukkan waswas secara kasar.”Qatadah menjelaskan “Di keduanya ada syaitannya. Di kalangan jin ada syaitan-syaitan, di kalangan manusia pun ada syaitan-syaitan.”Tafsir dari Ustazul Imam Syaikh Muhammad Abduh lebih menjelaskan lagi. Kata beliau“Yang membisik-bisikkan was-was ke dalam hati manusia itu adalah dua macam. Pertama ialah yang disebut jin itu, yaitu makhluk yang tak nampak oleh mata dan tidak diketahui mana orangnya tetapi terasa bagaimana dia memasukkan pengaruhnya ke dalam hati, membisikkan, merayukan. Dan semacam lagi ialahperayu yang kasar , yaitu manusia-manusia yang mengajak dan menganjurkan kepada jalan yang salah.”Imam Ghazali di dalam kitabnyaIhya’ Ulumuddin yang terkenal itu memberikan bimbingan terperinci, bagaimana usaha supaya di dalam kita melakukan sembahyang jangan sampai si Khannas itu dapat memasukkan pengaruhnya ke dalam dada kita. Di antara lain beliau menulis“Apabila engkau membacaA’udzu billahi minasy-syaithanir-rajim , hendaklah engkau ingat bahwa musuh besarmu itu syaitan, selalu mengintipmu, dan jika engkau lengah niscaya dipalingkannya hatimu daripada ingat akan Allah. Asal mulanya ialah karena hasad dengkinya kepadamu, melihat engkau munajat menyeru Allah dan engkau bersujud kepada-Nya. Padahal dia dikutuk Tuhan karena sekali bersalah menantang Tuhan, tidak mau sujud kepada sesungguhnya engkau memperlindungkan diri kepada Allah daripada perdayaan syaitan itu ialah dengan meninggalkan apa yang disukai syaitan, bukan semata-mata hanya berlindung diucapkan mulut. Karena orang yang telah diintai oleh binatang buas, sedang dia tahu, atau hendak diserang dan dibunuh oleh musuhnya, tidaklah akan menolong kalau hanya diucapkannya “Aku berlindung kepada Allah, bentengky yang kuat,” padahal dia masih tegak juga di tempat. Ucapkanlah ucapan itu, tetapi segeralah tinggalkan tempat yang berbahaya itu. Karena dengan ucapan saja tidaklah akan jugalah adanya orang yang masih saja menuruti kehendak syahwatnya, padahal menurut syahwat itulah yang sangat disukai oleh syaitan dan dimurkai oleh Tuhan, tidaklah akan menolong kalau hanya ucapan, kalau hanya bacaan! Tetapi hendaklah di samping berucap dan membaca, ambil cepat tindakan meninggalkan lapangan syaitan itu dan masuk ke dalam benteng yang tidak sedikit pun dapat dimasuki oleh musuh. Benteng yang teguh kokoh itu ialah yang pernah dijelaskan oleh Tuhan Azza wa Jalla dengan perantaraan lidah Nabi-Nya SAW. Bahwa Tuhan pernah berfirman kepada beliau Hadis Qudsi“La Ilaha Illallah”, “Tidak ada Tuhan melainkan Allah adalah benteng-Ku, barangsiapa yang masuk melindungkan diri ke dalam benteng-Ku, selamatlah ia daripada azab-Ku.”Orang yang terpelihara dalam benteng itu ialah orang yang benar-benar tidak ada ma’budnya, tidak ada yang disembahnya selain Allah. Adapun orang yang mengambil hawa nafsunya menjadi Tuhannya, maka dia itu adalah di tempat permedanan syaitan, bukan berlindung di bentang Tuhan.” – Sekian banyaklah keterangan dari Rasulullah SAW sendiri tentang bagaimana pentingnya kedua Surat ini yang selalu disebut “Mu’awwidzataini” dua Surat perlindungan untuk dijadikan bacaan pengokoh iman, penguat jiwa, penangkis tersebutlah di dalam Hadis yang Shahih, dirawikan oleh Bukhari, yang beliau terima dengan sanadnya daripada Ibu orang yang beriman Siti Aisyah moga-moga Allah ridha kepadanya, bahwasanya junjungan kita Nabi Muhammad SAW apabila hendak masuk ke dalam tempat tidurnya setiap malam, dikumpulknya kedua telapak tangannya, kemudian itu dibacanya mula-mula “Qul Huwallaahu Ahad”, sesudah itu “Qul A’udzu Bi Rabbil Falaqi”, sesudah itu “Qul A’udzu Bi Rabbin-naasi”, yang dirampungkannya sambil membaca itu dengan kedua telapak tangannya itu. Setelah selesai, maka dibarutkannyalah kedua telapak tangannya itu pada bahagian-bahagian yang dapat dicapai oleh kedua telapak tangannya itu, dengan dimulai dari kepalanya dan mukanya, terus kepada seluruh badannya sampai ke bawah. Diperbuatnya demikian sampai tiga kali.”Selain dari Bukhari, Hadis ini pun dirawikan oleh seketika penulis tafsir ini masih lagi kecil, cara pelaksanaan Hadis ini telah diajarkan kepadaku oleh ayahku dan guruku. Dan dalam perjalanan-perjalanan musafir ketika saya mengiringkan beliau, jaranglah aku tidak melihat beliau melakukan demikian. Demikianlah adanya, IBNU KATSIRKetiga ayat yang pertama dalam QS An-Nas merupakan sebagian dari sifat-sifat Allah Swt, yaitu sifatRububiyah Tuhan, sifatAl-Mulk Raja, dan sifatUluhiyyah Yang disembah.Dia adalah Tuhan segala sesuatu, Yang memilikinya dan Yang disembah oleh semuanya. Maka segala sesuatu adalah makhluk yang diciptakan-Nya dan milik-Nya serta menjadi yang memohon perlindungan diperintahkan agar dalam permohonannya itu menyebutkan sifat-sifat tersebut agar dihindarkan dari kejahatan godaan yang bersembunyi, yaitu setan yang selalu mendampingi sesungguhnya tiada seorang manusia pun melainkan mempunyai qarin pendamping-nya dari kalangan setan yang menghiasi perbuatan-perbuatan fahisyah hingga kelihatan bagus itu juga tidak segan-segan mencurahkan segala kemampuannya untuk menyesatkannya melalui bisikan dan godaannya, dan orang yang terhindar dari bisikannya hanyalah orang yang dipelihara oleh Allah dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabdaمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا قَدْ وُكِلَ بِهِ قَرِينَةٌ "Tiada seorang pun dari kamu melainkan telah ditugaskan terhadapnya qarin teman setan yang mendampinginya." Mereka bertanya, "Juga termasuk engkau, ya Rasulullah?" Beliau Saw. menjawabنَعَمْ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ» "Ya, hanya saja Allah membantuku dalam menghadapinya; akhirnya ia masuk Islam, maka ia tidak memerintahkan kepadaku kecuali hanya kebaikan."Dan di dalam kitabSahihain disebutkan dari Anas tentang kisah kunjungan Safiyyah kepada Nabi Saw. yang saat itu sedang i'tikaf, lalu beliau keluar bersamanya di malam hari untuk menghantarkannya pulang ke Nabi Saw. bersua dengan dua orang laki-laki dari kalangan Ansar. Di saat melihat Nabi Saw., bergegaslah keduanya pergi dengan cepat. Maka Rasulullah Saw. bersabdaPerlahan-lahanlah kamu berdua, sesungguhnya ia adalah Safiyyah binti keduanya berkata.”Subhanallah, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabdaإِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَيْئًا- أَوْ قَالَ شَرًّا» "Sesungguhnya setan itu mengalir ke dalam tubuh anak Adam melalui aliran darahnya. Dan sesungguhnya aku merasa khawatir bila dilemparkan sesuatu prasangka buruk ke dalam hati kamu berdua." Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Addiy ibnu Abu Imarah, telah menceritakan kepada kami Ziyad An-Numairi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabdaإِنَّ الشَّيْطَانَ وَاضِعٌ خَطْمَهُ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ فَإِنْ ذَكَرَ الله خَنَسَ، وَإِنْ نَسِيَ الْتَقَمَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الْوَسْوَاسُ الْخَنَّاسُ» Sesungguhnya setan itu meletakkan belalainya di hati anak Adam. Jika anak Adam mengingat Allah, maka bersembunyi; dan jika ia lupa kepada Allah, maka setan menelan hatinya; maka itulah yang dimaksud dengan bisikan setan yang tersembunyi. Hadis ini berpredikat Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Asim, bahwa ia pernah mendengar Abu Tamimah yang menceritakan hadis berikut dari orang yang pernah dibonceng oleh Nabi mengatakan bahwa di suatu ketika keledai yang dikendarai oleh Nabi Saw. tersandung, maka aku berkata, "Celakalah setan itu." Maka Nabi Saw. bersabdaلَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ تَعِسَ الشَّيْطَانُ تَعَاظَمَ وَقَالَ بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ وَإِذَا قُلْتَ بِاسْمِ اللَّهِ تَصَاغَرَ حَتَّى يصير مثل الذباب وغلب Janganlah engkau katakan, "Celakalah setan.” Karena sesungguhnya jika engkau katakan, "Celakalah setan, "maka ia menjadi bertambah besar, lalu mengatakan, "Dengan kekuatanku, aku kalahkan dia.” Tetapi jika engkau katakan, "Bismillah, "maka mengecillah ia hingga menjadi sekecil diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sanadnya jayyid lagi kuat. Dan di dalam hadis ini terkandung makna yang menunjukkan bahwa hati itu manakala ingat kepada Allah, setan menjadi mengecil dan terkalahkan. Tetapi jika ia tidak ingat kepada Allah, maka setan membesar dan dapat Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami Ad-Dahhak ibnu Usman, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabdaإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا كَانَ فِي الْمَسْجِدِ جَاءَهُ الشَّيْطَانُ فَأَبَسَ بِهِ كَمَا يَبِسُ الرَّجُلُ بِدَابَّتِهِ، فَإِذَا سَكَنَ لَهُ زَنَقَهُ أَوْ أَلْجَمَهُ» Sesungguhnya seseorang di antara kamu apabila berada di dalam masjid, lalu setan datang, lalu setan diikat olehnya sebagaimana seseorang mengikat hewan kendaraannya. Dan jika ia diam tidak berzikir kepada Allah, maka setan berbalik mengikat dan mengekangnya. Abu Hurairah mengatakan bahwa kalian dapat menyaksikan hal tersebut. Adapun yang dimaksud dengan maznuq yakni orang yang diikat pada lehernya, maka engkau lihat dia condong seperti ini tidak berzikir kepada Allah. Adapun orang yang dikekang, maka ia kelihatan membuka mulutnya dan tidak mengingat Allah Saw. hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya setan yang biasa bersembunyi. An-Nas 4 Bahwa setan bercokol di atas hati anak Adam. Maka apabila ia lupa dan lalai kepada Allah setan menggodanya; dan apabila ia ingat kepada Allah maka setan itu bersembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa pernah diceritakan kepadanya, sesungguhnya setan yang banyak menggoda itu selalu meniup hati anak Adam manakala ia sedang bersedih hati dan juga manakala sedang senang hati. Tetapi apabila ia sedang ingat kepada Allah, maka setan bersembunyi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, Al-waswas," bahwa makna yang dimaksud ialah setan yang membisikkan godaannya; apabila yang digodanya taat kepada Allah, maka setan Allah Swt.{الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ} yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. An-Nas 5Apakah makna ayat ini khusus menyangkut Bani Adam saja sebagaimana yang ditunjukkan oleh makna lahiriah ayat, ataukah lebih menyeluruh dari itu menyangkut Bani Adam dan jin?Ada pendapat mengenainya, yang berarti makhluk jin pun termasuk ke dalam pengertian lafaz an-nas secara prioritas. Ibnu Jarir mengatakan bahwa adakalanya digunakan lafaz rijalun minal jin laki-laki dari kalangan jin ditujukan terhadap mereka, maka tidaklah heran bila mereka jin dikatakan dengan istilah Allah Swt.{مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ} dari golongan jin dan manusia. An-Nas 6Apakah ayat ini merupakan rincian dari firman-Nya yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. An-Nas 5 Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya dari golonganjin dan manusia. An-Nas 6Hal ini menguatkan pendapat yang kedua. Dan menurut pendapat yang lainnya, firman-Nya berikut ini dari golongan jin dan manusia. An-Nas 6 merupakan tafsir dari yang selalu membisikkan godaannya terhadap manusia, yaitu dari kalangan setan manusia dan setan jin. Sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nyaوَكَذلِكَ جَعَلْنا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَياطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap itu musuh, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipumanusia. Al-An'am 112Dan semakna dengan apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwaحَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عُمَر الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا عُبَيْدِ بْنِ الْخَشْخَاشِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ، فَجَلَسْتُ، فَقَالَ "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ صَلَّيْتَ؟ ". قُلْتُ لَا. قَالَ "قُمْ فَصَلِّ". قَالَ فَقُمْتُ فَصَلَّيْتُ، ثُمَّ جَلَسْتُ فَقَالَ "يَا أَبَا ذَرٍّ، تَعَوَّذْ بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ". قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ؟ قَالَ "نَعَمْ". قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، الصَّلَاةُ؟ قَالَ "خَيْرُ مَوْضُوعٍ، مَنْ شَاءَ أَقَلَّ، وَمَنْ شَاءَ أَكْثَرَ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا الصَّوْمُ؟ قَالَ "فَرْضٌ يُجْزِئُ، وَعِنْدَ اللَّهِ مَزِيدٌ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَالصَّدَقَةُ؟ قَالَ "أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّهَا أَفْضَلُ؟ قَالَ "جُهد مِنْ مُقل، أَوْ سِرٌّ إِلَى فَقِيرٍ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْأَنْبِيَاءِ كَانَ أَوَّلَ؟ قَالَ "آدَمُ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَنَبِيٌّ كَانَ؟ قَالَ "نَعِمَ، نَبِيٌّ مُكَلَّم". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَمِ الْمُرْسَلُونَ؟ قَالَ "ثَلَثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشْرَ، جَمًّا غَفيرًا". وَقَالَ مَرَّةً "خَمْسَةَ عَشْرَ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّمَا أُنْزِلَ عَلَيْكَ أعظم؟ قَالَ "آيَةُ الْكُرْسِيِّ {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} Telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, telah menceritakan kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ubaid Al-Khasykhasy, dari Abu Zaryang telah menceritakan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. yang saat itu berada di dalam masjid. lalu ia duduk. maka Rasulullah Saw. bertanya,"Hai Abu Zar, apakah engkau telah salat?" Aku Abu Zar menjawab, "Belum." Rasulullah Saw. bersabda, "Berdirilah dan salatlah kamu!" Maka aku berdiri dan salat, setelah itu aku duduk lagi dan beliau Saw. bersabda Hai Abu Zar, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah setan manusia itu ada?" Beliau Saw. menjawab, "Ya ada." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan salat?" Rasulullah Saw. menjawab Salat adalah sebaik-baik pekerjaan; barangsiapa yang ingin mempersedikitnya atau memperbanyaknya hendaklah ia melakukan apa yang disukainya —dari salatnya itu—.Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan puasa?" Rasulullah Saw. menjawab Amal fardu yang berpahala dan di sisi Allah ada tambahannya. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan sedekah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Pahalanya dilipatgandakan dengan kelipatan yang banyak."Aku bertanya, "Manakah sedekah yang terbaik, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab Hasil jerih payah dari orang yang merasa sedikit atau yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi kepada orang yang fakir. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, nabi manakah yang paling pertama?" Beliau menjawab, "Adam."Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dia seorang nabi?" Nabi Saw. menjawab, "Ya, dia seorang nabi dan juga orang yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah Swt." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, ada berapakah para rasul itu?"Rasulullah Saw. menjawab, "Tiga ratus belasan orang, jumlah yang cukup banyak." Di lain kesempatan beliau Saw. bersabda, "Tiga ratus lima belas orang rasul." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, wahyu apakah yang paling besar yang pernah diturunkan kepada engkau?" Rasulullah Saw. menjawab Ayat kursi, yaitu,"Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.” QS. Al-Baqarah 255Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Umar Ad-Dimasyqi dengan sanad yang sama. Hadis ini telah diriwayatkan dengan sangat panjang lebar oleh Imam Abu Hatim ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui jalur Lain dan lafaz Lain yang panjang sekali; hanya Allah-Iah Yang Maha الْإِمَامُ أَحْمَدُ حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ ذَرِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الهَمْداني، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أُحَدِّثُ نَفْسِي بِالشَّيْءِ لَأَنْ أَخِرَّ مِنَ السَّمَاءِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ. قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيْدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan, dari Mansur, dari Zar ibnu Abdullah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dalam hatiku timbul suatu pertanyaan yang tidak berani aku mengatakannya. Lebih aku sukai jikalau aku dijatuhkan dari atas langit daripada mengutarakannya." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. bersabda Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan hingga hanya sampai batas bisikan belaka.Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Mansur, sedangkan menurut riwayat Imam Nasai ditambahkan Al-A'masy, keduanya dari Zar dengan sanad yang akhir tafsir kitab Ibnu Kasir setelah di atasnya tafsir QS An-Nas dari Tafsir 1. Kita wajib berlindung kepada Allah SWT dari godaan setan dari kalangan jin dan Setan Jin menggoda dan mengajak keburukan secara halus, berbisik dalam hati Setan manusia menggoda dan mengajak keburukan secara terang-terangan, secara Setiap manusia didampingi setanqorin yang selalu menggoda untuk berbuat Dzikrullah adalah penangkal godan setan. Jika hati ingat kepada Allah, setan menjadi mengecil dan terkalahkan. Jika hati tidak ingat kepada Allah, maka setan membesar dan dapat mengalahkannya.* DaftarTafsir Ibnu Katsir. Demikian artikel Download Ebook Tafsir Ibnu Katsir (PDF) Terjemah Lengkap 30 Juz yang dapat kami cantumkan. Ebook bermanfaat lainnya dapat diunduh pada kategori Buku dan Majalah .. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti Surah Al Alaq Segumpal Darah Surah Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ayat 1-5 Turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dan bahwa tulis baca adalah kunci ilmu pengetahuan. اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ٢ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ ٣ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ٤ عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ٥ Terjemah Surat Al Alaq ayat 1-5 1. [1]Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan[2], 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah[3]. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia[4]. 4. Yang mengajar manusia dengan pena[5]. 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya[6]. Ayat 6-8 Manusia menjadi jahat karena merasa serba cukup. كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى ٦ أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى ٧ إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى ٨ Terjemah Surat Al Alaq ayat 6-8 6. [7]Ketahuilah! Sungguh, manusia benar-benar melampaui batas, 7. apabila melihat dirinya serba cukup. 8. Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembalimu. Ayat 9-19 Kisah Abu Jahal dan sikapnya yang jahat terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى ٩ عَبْدًا إِذَا صَلَّى ١٠ أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى ١١ أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى ١٢ أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى ١٣أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى ١٤ كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ ١٥نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ ١٦ فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ ١٧ سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ ١٨كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ١٩ Terjemah Surat Al Alaq ayat 9-19 9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, 10. seorang hamba Nabi Muhammad ketika dia melaksanakan shalat[8], 11. Bagaimana pendapatmu jika dia yang dilarang shalat itu berada di atas kebenaran petunjuk, 12. atau dia menyuruh bertakwa kepada Allah?[9] 13. Bagaimana pendapatmu jika dia yang melarang itu mendustakan dan berpaling dari iman? 14. Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? 15. [10]Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti berbuat demikian niscaya Kami tarik ubun-ubunnya[11] ke dalam neraka, 16. yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka[12]. 17. Maka biarlah dia[13] memanggil golongannya untuk menolongnya, 18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah[14], 19. Sekali-kali jangan! Janganlah kamu patuh kepadanya[15]; dan sujudlah[16] dan dekatkanlah dirimu kepada Allah[17]. [1] Surah ini adalah surah yang pertama kali turun kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam; turun pada awal-awal kenabian ketika Beliau tidak mengetahui apa itu kitab dan apa itu iman, lalu Jibril alaihis salam datang kepada Beliau membawa wahyu dan menyuruh Beliau membaca, ia berkata, “Bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Saya tidak dapat membaca.” Beliau lalu direngkuh oleh Malaikat Jibril hingga merasakan kepayahan, lalu dilepaskan sambil disuruh membacanya sekali lagi, “Bacalah.” Tetapi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam masih tetap menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan pada ketiga kalinya Jibril berkata kepadanya, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan–Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah–Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah–Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam–Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Terj. Al Alaq 1-5. [2] Yakni yang menciptakan semua makhluk. Pada ayat selanjutnya disebutkan secara khusus manusia di antara sekian ciptaan-Nya. [3] Oleh karena itu, yang telah menciptakan manusia dan memperhatikannya dengan mengurusnya, tentu akan mengaturnya dengan perintah dan larangan, yaitu dengan diutus-Nya rasul dan diturunkan-Nya kitab. [4] Yakni banyak dan luas sifat-Nya, banyak kemuliaan dan ihsan-Nya, luas kepemurahan-Nya, dimana di antara kemurahan-Nya adalah mengajarkan berbagai ilmu kepada manusia. [5] Maksudnya, Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. [6] Hal itu, karena manusia dikeluarkan-Nya dari perut ibunya dalam keadaan tidak tahu apa-apa, lalu Dia menjadikan untuknya pendengaran, penglihatan dan hati serta memudahkan sebab-sebab ilmu kepadanya. Dia mengajarkan kepadanya Al Qur’an, mengajarkan kepadanya hikmah dan mengajarkan kepadanya dengan perantaraan pena, dimana dengannya terjaga ilmu-ilmu. Maka segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu yang tidak dapat mereka balas karena banyaknya. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengaruniakan kepada mereka kekayaan dan kelapangan rezeki, akan tetapi manusia karena kebodohan dan kezalimannya ketika merasa dirinya telah cukup, ia malah bertindak melampaui batas dan berbuat zalim serta bersikap sombong terhadap kebenaran seperti yang diterangkan dalam ayat selanjutnya. Ia lupa, bahwa tempat kembalinya adalah kepada Tuhannya, dan tidak takut kepada pembalasan yang akan diberikan kepadanya, bahkan keadaannya sampai meninggalkan petunjuk dengan keinginan sendiri dan mengajak manusia untuk meninggalkannya, dan sampai melarang orang lain menjalankan shalat yang merupakan amal yang paling utama. [7] Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata Abu Jahal berkata, “Apakah kalian biarkan Muhammad menaruh wajahnya bersujud di tengah-tengah kalian?” Lalu dikatakan, “Ya.” Maka Abu Jahal berkata, “Demi Lata dan Uzza, jika aku melihatnya sedang melakukan hal itu, maka aku akan injak lehernya atau aku lumuri mukanya dengan debu.” Abu Hurairah berkata, “Maka Abu Jahal mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika Beliau sedang shalat karena menyangka akan dapat menginjak leher Beliau. Lalu ia Abu Jahal membuat mereka kawan-kawannya kaget karena ternyata mundur ke belakang dan menjaga dirinya dengan kedua tangannya. Ia pun ditanya, “Ada apa denganmu?” Abu Jahal berkata, “Sesungguhnya antara aku dengan dia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ada parit dari api, hal yang menakutkan, dan sayap-sayap.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kalau sekiranya ia mendekat kepadaku, tentu malaikat-malaikat akan merenggut anggota badannya sepotong demi sepotong.” Maka Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat – kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang sampai kepadanya-, “Ketahuilah! Sungguh, manusia benar-benar melampaui batas,– apabila melihat dirinya serba cukup.– Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembalimu.– Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,– seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat,– Bagaimana pendapatmu jika dia yang dilarang shalat itu berada di atas kebenaran petunjuk,– seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat– Bagaimana pendapatmu jika dia yang dilarang shalat itu berada di atas kebenaran petunjuk,– atau dia menyuruh bertakwa kepada Allah?– Bagaimana pendapatmu jika dia yang melarang itu mendustakan dan berpaling?—Yaitu Abu Jahal— Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?– Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti berbuat demikian niscaya Kami tarik ubun-ubunnya ke dalam neraka,– yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka.– Maka biarlah dia memanggil golongannya untuk menolongnya,– kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,– Sekali-kali jangan! Janganlah kamu patuh kepadanya;…dst.” Terj. Al Alaq 6-19 Kalimat, “Kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang sampai kepadanya,” menurut Syaikh Muqbil merupakan keragu-raguan yang dapat mencacatkan keshahihan sebab turunnya, akan tetapi ia tetap mencantumkannya karena banyak syahid-syahidnya. Hadits tersebut menurut Ibnu Katsir, diriwayatkan pula oleh Ahmad bin Hanbal, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Abi Hatim dari hadits Mu’tamir bin Sulaiman. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Baihaqi dalam Dalaa’ilun Nubuwwah. Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam shalat, lalu Abu Jahal datang dan berkata, “Bukankah kamu telah aku larang melakukan hal ini shalat? Bukankah kamu telah aku larang melakukan hal ini shalat?” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam berpaling sambil membentaknya, lalu Abu Jahal berkata, “Sesungguhnya engkau mengetahui, bahwa tidak ada di sini orang yang lebih banyak golongannya dariku.” Maka Allah Tabaaraka wa Ta’aala berfirman, “Maka biarlah dia memanggil golongannya untuk menolongnya,– Maka biarlah dia memanggil golongannya untuk menolongnya,” Ibnu Abbas berkata, “Demi Allah, kalau sekiranya ia memanggil kaumnya, tentu akan ditangkap oleh para malaikat Zabaniyah milik Allah.” Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib shahih.” [8] Yang melarang itu ialah Abu Jahal, sedangkan yang dilarang itu adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri. Akan tetapi usaha ini tidak berhasil karena Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya. [9] Dengan demikian, pantaskah orang yang seperti ini keadaannya dilarang? Bukankah melarangnya merupakan penentangan yang besar kepada Allah dan kepada kebenaran? Karena yang berhak dilarang adalah orang yang tidak di atas petunjuk atau memerintahkan orang lain mengerjakan hal yang bertentangan dengan ketakwaan. [10] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengancamnya jika tetap terus bersikap seperti itu. [11] Maksudnya, memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik kepalanya dengan keras. [12] Bisa juga diartikan, “Ubun-ubun orang yang dusta ucapannya dan salah perbuatannya.” [13] Orang yang berhak mendapatkan azab itu. [14] Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka, mereka adalah malaikat yang kasar dan keras, dan sebagai malaikat yang kuat dan berkuasa. Inilah keadaan orang yang melarang dan hukuman yang diancamkan kepadanya. Adapun keadaan orang yang dilarang, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan agar tidak mempedulikan orang tersebut dan tidak menaatinya. [15] Dengan meninggalkan shalat, karena ia tidaklah memerintahkan kecuali kepada yang terdapat kerugian di dunia dan akhirat. [16] Yakni shalatlah karena Allah Subhaanahu wa Ta’aala. [17] Dengan bersujud dan dengan menaati-Nya, karena semua itu dapat mendekatkan kamu kepada-Nya. Ayat ini adalah umum berlaku pada orang yang melarang terhadap kebaikan dan dilarang dari melakukannya, meskipun berkenaan dengan Abu Jahal ketika melarang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat. Selesai tafsir surah Al Alaq dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil aalamiin. Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia surat al an am ayat 59 36 dalil+kitab+taurat 37 dalil+kitab+Al quran 38 surat+al-baqarah+ayat+155-157 39 zina 40 al hijr 22 41 Al+anfal+ayat+82 42 Tafsir+ibnu+katsir+qs+almaidah+ayat+48 43 ar rahman 19 44 surat al lukman ayat 14 45 An-nur ayat 43 46 rayap 47 al an,am ayat Tafsir Jalalain Surat Al Alaq – Dibawah ini anda dapat membaca tafsir jalalain surah al alaq dari ayat pertama hingga ayat terakhir yaitu ayat 19. Tafsir ibnu katsir surat al alaq belum dapat kami berikan karena belum mendapat sumber yang saja silahkan disimak dan jangan lupa untuk diamalkan yaa. Baca juga Surat Al Alaq Arab dan Latin dan Terjemah Indonesiaبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ Ayat 1 اقْرَأْ Bacalah maksudnya mulailah membaca dan memulainya – بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan semua makhluk. Ayat 2 خَلَقَ الْإِنسَانَ Dia telah menciptakan manusia atau jenis manusia – مِنْ عَلَقٍdari alaq lafal Alaq bentuk jamak dari lafal Alaqah, artinya segumpal darah yang kental. Ayat 3 اقْرَأْ Bacalah lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal pertama yang sama – وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai Haal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra’. Ayat 4 الَّذِي عَلَّمَ Yang mengajar manusia menulis – بِالْقَلَمِ dengan qalam orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris Ayat 5 عَلَّمَ الْإِنسَانَ Dia mengajarkan kepada manusia atau jenis manusia – مَا لَمْ يَعْلَمْ apa yang tidak diketahuinya yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya. Ayat 6 كَلَّا Ketahuilah artinya memang benar – إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas Ayat 7 أَن رَّآهُ karena dia melihat dirinya sendiri – اسْتَغْنَى serba cukup dengan harta benda yang dimilikinya; ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Abu Jahal. Dan lafal Ra-aa tidak membutuhkan Maf’ul kedua; dan lafal An Ra-aahu berkedudukan sebagai Maf’ul Lah. Ayat 8 إِنَّ إِلَى رَبِّكَ Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah hai Manusia – الرُّجْعَى tempat kembali yakni kembali kalian nanti, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepada orang yang melampaui batas sesuai dengan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Di dalam ungkapan ini terkandung ancaman dan peringatan buat orang yang berlaku melampaui batas. Ayat 9 أَرَأَيْتَ Bagaimana pendapatmu lafal Ara-ayta dan dua lafal lainnya yang sama nanti mengandung makna Ta’ajjub – الَّذِي يَنْهَى tentang orang yang melarang yang dimaksud adalah Abu Jahal. Ayat 10 عَبْداً Seorang hamba yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw. – إِذَا صَلَّى ketika dia mengerjakan salat. Ayat 11 أَرَأَيْتَ إِن كَانَ Bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu – عَلَى الْهُدَى berada di atas kebenaran Ayat 12 أَوْ Atau huruf Au di sini menunjukkan makna Taqsim – أَمَرَ بِالتَّقْوَىdia menyuruh bertakwa. Ayat 13 أَرَأَيْتَ إِن كَذَّبَ Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakannya yakni mendustakan Nabi saw. – وَتَوَلَّى dan berpaling dari iman? Ayat 14 أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat apa yang dilakukannya itu; artinya Dia mengetahuinya, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepadanya dengan balasan yang setimpal. Maka sudah sepatutnya kamu hai orang yang diajak berbicara untuk merasa heran terhadap orang yang melarang itu, karena ia melarang Nabi melakukan salat, padahal orang yang dilarangnya itu berada dalam jalan hidayah dan memerintahkan untuk bertakwa. Yang amat mengherankan lagi ialah bahwa yang melarangnya itu mendustakannya dan berpaling dari iman. Ayat 15 كَلَّا Sekali-kali tidaklah demikian kalimat ini mengandung makna hardikan dan cegahan baginya – لَئِن sungguh jika huruf Lam di sini menunjukkan makna qasam atau sumpah – لَّمْ يَنتَهِ dia tidak berhenti dari kekafiran yang dilakukannya itu – لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya atau Kami akan seret dia masuk neraka dengan cara ditarik ubun-ubunnya. Ayat 16 نَاصِيَةٍ Yaitu ubun-ubun lafal Naashiyatan adalah isim Nakirah yang berkedudukan menjadi Badal dari isim Ma’rifat yaitu lafal An-Naashiyah pada ayat sebelumnya – كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ orang yang mendustakan lagi durhaka makna yang dimaksud adalah pelakunya; dia disifati demikian secara Majaz. Ayat 17 فَلْيَدْعُ نَادِيَه Maka biarlah dia memanggil golongannya yakni teman-teman senadinya; Nadi adalah sebuah majelis tempat mereka memusyawarahkan sesuatu perkara. Sesungguhnya orang yang melarang itu mengatakan kepada Nabi saw. sewaktu dia mencegahnya dari melakukan salat, “Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa tiada seseorang pun di Mekah ini yang lebih banyak teman senadinya daripada aku. Sesungguhnya jika kamu mau meninggalkan salat, aku benar-benar akan memberikan kepadamu, kuda-kuda yang tak berpelana dan laki-laki pelayan sepenuh lembah ini.” Ayat 18 سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ Kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah mereka adalah malaikat-malaikat yang terkenal sangat bengis lagi kejam, untuk membinasakannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam salah satu hadis, yaitu, “Seandainya dia benar-benar memanggil golongan senadinya, niscaya dia akan diazab oleh malaikat Zabaniyah secara terang-terangan.” Ayat 19 كَلَّا Sekali-kali tidaklah demikian kalimat ini mengandung hardikan dan cegahan baginya – لَا تُطِعْهُjanganlah kamu patuhi dia hai Muhammad untuk meninggalkan salat – وَاسْجُدْ dan sujudlah maksudnya salatlah demi karena Allah – وَاقْتَرِبْ dan mendekatlah kepada-Nya dengan melalui amal ketaatan. Itulah tafsir surah al alaq dari kitab jalalain untuk anda, semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk share agar yang lain juga mendapat manfaatnya. Sumber
Itulahsebabnya pada ayat 26 mereka mengatakan, " Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat," yakni karena mereka meyakini diri mereka benar, padahal salah (Tafsir Ibnu Katsir). Tapi ada sebagian Ahli tafsir lagi mengartikan bahwa sesat disini maksudnya mereka mengira telah salah jalan dan ini bukanlah kebun mereka.
Al-'Alaq 5 ~ Quran Terjemah Perkata dan Tafsir Bahasa Indonesia عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ العلق ٥ ʿallamaعَلَّمَTaughtDia mengajarkanl-insānaٱلْإِنسَٰنَmanmanusiamāمَاwhatapalamلَمْnottidakyaʿlamيَعْلَمْhe knewdia ketahui Transliterasi Latin 'allamal-insāna mā lam ya'lam QS. 965 Arti / Terjemahan Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. QS. Al-'Alaq ayat 5 Tafsir Ringkas KemenagKementrian Agama RI Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Manusia adalah makhluk yang potensial untuk berkarya melalui ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari Allah. Manusia belajar baik dari alam sekitar yang merupakan ciptaan-Nya maupun dari wahyu yang Allah sampaikan melalui para Lengkap KemenagKementrian Agama RI Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya. Dengan kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi Dia mengajarkan kepada manusia atau jenis manusia apa yang tidak diketahuinya yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya. Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Lihat tafsir ayat 1Tafsir Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab Yang mengajarkan manusia sesuatu yang tidak terdetik dalam hatinya.
Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia Surat at Taubah ayat 105 11 ali imran 12 YUNUS 13 unta 14 hadist+al-hujurat+ayat+12 15 zabur 16 Nomor surat 17 dalil+kitab+Al quran 18 Surat+al ikhlas 19 Tafsir ibnu katsir qs +Sunan+ibnu+majah+no+987 59 rayap 60 ibrahim 32 61 Q.S.+An-Nisa'+ayat+59 62 jihad 63 ibrahim 7 64 Al-'Alaq 12 ~ Quran Terjemah Perkata dan Tafsir Bahasa Indonesia اَوْ اَمَرَ بِالتَّقْوٰىۗ العلق ١٢ awأَوْOratauamaraأَمَرَhe enjoinsdia menyuruhbil-taqwāبِٱلتَّقْوَىٰٓ[of the] righteousness?dengan taqwa Transliterasi Latin Au amara bit-taqwā QS. 9612 Arti / Terjemahan Atau dia menyuruh bertakwa kepada Allah? QS. Al-'Alaq ayat 12 Tafsir Ringkas KemenagKementrian Agama RI atau dia menyuruh orang lain bertakwa kepada Allah untuk kemaslahatan mereka? Bukankah amat mengherankan bila orang yang sesat melarang orang yang mendapat pentunjuk untuk melaksanakan perintah Tuhannya dan membimbing orang lain ke jalan takwa?Tafsir Lengkap KemenagKementrian Agama RI Selanjutnya Allah meminta Nabi Muhammad memperhatikan, seandainya orang yang dilarang salat di masjid itu membawa hidayah dan membimbing orang kepada iman, dan mengajak orang kepada ketakwaan, yaitu mengerjakan kebaikan dan kebenaran. Tindakan itu pasti lebih baik, karena pasti menguntungkan dirinya dan masyarakatnya. Orang yang berperilaku seperti itu adalah Nabi Muhammad sendiri. Itu adalah dua perilaku yang bertolak belakang dan bertentangan seperti siang dan malam yang pertama jahat dan membawa kepada kejahatan, dan yang kedua baik dan membawa kepada al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi Atau huruf Au di sini menunjukkan makna Taqsim dia menyuruh bertakwa. Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Lihat tafsir ayat 1Tafsir Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab Beritahulah Aku tentang orang yang melampaui batas ini kalau ia berada dalam kebenaran ketika melarang atau memerintah untuk bertakwa saat ia memerintah. SaveSave Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Maarij For Later. 0 ratings 0% found this document useful (0 votes) 787 views 13 pages. Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Maarij. Uploaded by Tafsir Ibnu Katsir Surat Al 'Alaq. Uploaded by. Rahman Abdika. Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Qadr. Uploaded by. Bpk Jujur. Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Mu'Awwidzatain
Abstract Prophet Muhammad get the first revelation of the Al-'Alaq 1-5; "Read the name of the Lord who made". This verse does not mention the object of reading. Thus, the religious leaders in Medina interpret the word Iqro in the sense of reading, studying, deliver, and so forth. And because the object is public, then the object can include everything affordable, neither of which is the sacred literature that comes from God or not, whether it concerns the verses written and unwritten. According to Tafsir Ibn Kastir the content of the letter al-'Alaq verses 1-5 is that we are commanded to always learn to conduct an investigation into any one that we do not know, so we speak, evidence of the mercy of Allah. is that he has taught them through the Qur'an.

Blogtentang tafsir Al Quran, Terjemah Al Qur'an, Software Al Qur'an, Ebook Al Qur'an, Tilawah Al Qur'an Surat Al Baqarah (Sapi Betina) Surah ke-2. Terdiri dari 286 ayat. Madaniyyah . Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Seandainya bukan karena besarnya kebutuhan dirinya untuk mendapatkan hidayah di waktu malam maupun siang

Al-'Alaq 4 ~ Quran Terjemah Perkata dan Tafsir Bahasa Indonesia الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ العلق ٤ alladhīٱلَّذِىThe One WhoyangʿallamaعَلَّمَtaughtDia mengajarbil-qalamiبِٱلْقَلَمِby the pendengan kalam Transliterasi Latin Allażī 'allama bil-qalam QS. 964 Arti / Terjemahan Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, QS. Al-'Alaq ayat 4 Tafsir Ringkas KemenagKementrian Agama RI Tuhanmu itulah yang mengajar manusia menulis dengan perantaraan pena atau alat tulis lain. Tulisan berguna untuk menyimpan dan menyebarkan pesan serta ilmi pengetahuan kepada orang Lengkap KemenagKementrian Agama RI Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya. Dengan kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi Yang mengajar manusia menulis dengan qalam orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Lihat tafsir ayat 1Tafsir Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab Yang telah mengajarkan manusia menulis dengan perantaraan pena, padahal sebelumnya ia belum mengetahuinya. TafsirIbnu Katsir Tafsir Surat Al-'Alaq, ayat 6-19 - Terjemah - Muqodimah: Alhamdulillahirobbil alamin, wa sholatu wa salamu 'ala Rosulillah shalallahu 'alaihi wassalam. Hallo pembaca Tafsir Ibnu Katsir Terjemah | Bisa di Copy Paste, Pada Postingan ini, kami akan menyajikan untuk antum makalah berjudul Tafsir Ibnu Katsir Tafsir Surat Al-'Alaq, ayat 6-19 - Terjemah, Makalah ini telah kami

Nama Ebook Tafsir Surat al-Alaq Penulis Imam Ibnu Katsir asy-Syafi’iرحمه الله Allah عزّوجلّ berfirman بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ١. اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ٢. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ٣. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ٤. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ٥. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ٦. كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى ٧. أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى ٨. إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى ٩. أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى ١٠. عَبْداً إِذَا صَلَّى ١١. أَرَأَيْتَ إِن كَانَ عَلَى الْهُدَى ١٢. أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى ١٣. أَرَأَيْتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّى ١٤. أَلَـمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى ١٥. كَلَّا لَئِن لَّمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ ١٦. نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ ١٧. فَلْيَدْعُ نَادِيَه ١٨. سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ ١٩. كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ Bacalah dengan menyebut Nama Rabb-mu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup Sesungguhnya hanya kepada Rabb-mulah kembalimu. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa kepada Allah. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti berbuat demikian, niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarkanlah dia memanggil golongannya untuk menolongnya, kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujud dan dekatkanlah dirimu kepada Rabb. QS. al-Alaq [96] 1-19 eBook Tafsir kali ini mengetangahkan Tafsir Surat ke-96 Al-Alaq, 5 ayat pertamanya adalah wahyu pertama yang diturunkan, selamat menyimak dan semoga bermanfaat bagi kita semua, amin… Download Silahkan download via

Tafsir Ibnu Katsir] Para Ulama penyusun Tafsir al-Muyassar berkata, "Katakanlah wahai Rasul, 'Dia-lah Allâh Yang Esa dengan ulûhiyah (hak diibadahi), rubûbiyah (mengatur seluruh makhluk), asma' was shifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya), tidak ada satupun yang menyekutui-Nya dalam perkara-perkara itu". [Tafsir al-Muyassar, 11/96] Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-'Alaq Ayat 1 اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ Iqra' bismi rabbikal-lażī khalaqa. Artinya, "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan!". Surat Al-'Alaq tergolong surat Makiyah dengan 19 ayat, 72 kalimat dan 270 huruf. Surat Al-'Alaq dinamakan dengan Al-'Alaq, Iqra' atau Bil Qalam. Penamaan ini sebab Allah memulainya dengan kalimat-kalimat tersebut. Lima ayat pertama surat Al-'Alaq merupakan ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saw menurut mayoritas mufasir. Ragam Tafsir Surat Al-Alaq Ayat 1 Menurut Ibnu 'Asyur dalam tafsirnya, fi'il Iqra' dalam ayat ini tidak menyebutkan maf'ul atau objeknya, karena ada dua kemungkinan. 1 Adakalanya karena diposisikan seperti fi'il lazim sedangkan maksudnya adalah 'أَوْجَدِ الْقِرَاءَةَ' "Wujudkanlah bacaan"; 2 adalakanya karena sudah jelasnya apa yang dibaca. Adapun perkiraannya adalah 'اقْرَأْ مَا سَنُلْقِيهِ إِلَيْكَ مِنَ الْقُرْآنِ' "Bacalah apa yang hendak kami katakan kepadamu dari al-Quran". Muhammad At-Thahir 'Asyur, At-Tahrir wat Tanwir, [Tunis, Dar At-Tunisia 1984 M], juz XXX, halaman 436. Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan dua pendapat terkait huruf ba' kalimat 'بِاسْمِ رَبِّكَ' sebagai berikut Pendapat pertama, huruf ba'-nya adalah zaidah atau sekedar tambahan. Ini merupakan pendapat Abu Ubaidah. Sedangkan maknanya 'اقْرَأِ اسْمَ رَبِّكَ، أَيِ اذْكُرِ اسْمَهُ، "Bacalah nama tuhanmu, yakni ingatlah nama tuhanmu ". Menurut Ar-Razi, pendapat ini lemah dilihat dari tiga aspek. jika saja maknanya demikian, maka tidaklah elok saat Jibril berkata "Iqra'", kemudian Nabi saw menjawabnya dengan 'مَا أَنَا بِقَارِئٍ، أَيْ لَا أَذْكُرُ اسْمَ رَبِّي', "Aku tidak dapat membaca, yakni aku tidak mengingat nama tuhanku"; pemaknaan semacam itu tidak patut bagi Nabi saw, karena Nabi saw tidak pernah tersibukkan kecuali untuk berzikir kepada Allah. Lantas, bagaimana mungkin Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menyibukan dengan perkara yang Rasul selalu tersibukan dengan hal tersebut? menyia-nyiakan huruf ba' tanpa faedah. Pendapat kedua, yang dimaksud oleh ayat adalah اقْرَأِ الْقُرْآنَ, "Bacalah Al-Qur'an". Karena kata qira'ah tidak digunakan kecuali untuk Al-Qur'an. Semisal firman Allah Surat Al-Qiyamah ayat 18 فَإِذا قَرَأْناهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ Artinya, "Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu". Demikian pula Surat Al-Isra' ayat 106 وَقُرْآناً فَرَقْناهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلى مُكْثٍ Artinya, "Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia." Masih dalam tafsir yang sama, firman Allah 'bismi rabbika' memungkinkan beberepa aspek 'Bismi rabbika' bermahal nasab. tarkibnya menjadi hal. Perkiraannya adalah 'اقْرَأِ الْقُرْآنَ مُفْتَتِحًا بِاسْمِ رَبِّكَ أَيْ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ ثُمَّ اقْرَأْ', "Bacalah Al-Qur'an dimulai dengan nama Tuhanmu". Yakni, katakan Muhammad "Bismillah, kemudian bacalah". Hal ini menunjukkan bahwa hukumnya wajib membaca basmalah di permulaan semua surat seperti yang diturunkan Allah dan diperintahkan-Nya. Ayat ini, sekaligus membantah orang yang tidak berpendapat demikian, basmalah tidak wajib dan tidak memulainya dengan basmalah. Makna 'اقْرَأِ الْقُرْآنَ مُسْتَعِينًا بِاسْمِ رَبِّكَ', "Bacalah Al-Qur'an dengan meminta pertolongan dengan nama Tuhanmu". Seakan-akan Allah menjadikan nama-Nya sebagai alat untuk mengusahakan urusan agama dan dunia. Padanannya semisal ungkapan 'كَتَبْتُ بِالْقَلَمِ' "Aku menulis meminta bantuan dengan pulpen". Sedangkan perwujudanya dalam ayat adalah "Ketika malaikat Jibril berkata kepada Nabi saw "Iqra'", kemudian Nabi saw menjawab "Aku orang yang tidak bisa membaca." اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ أَيِ اسْتَعِنْ بِاسْمِ رَبِّكَ وَاتَّخِذْهُ آلَةً فِي تَحْصِيلِ هَذَا الَّذِي عَسُرَ عَلَيْكَ, "Bacalah dengan nama Tuhanmu. Yakni, mintalah pertolongan dengan nama Tuhanmu dan jadikanlah alat untuk mendapatkan ini membaca, yang susah bagimu", ucap Jibril. Firman Allah 'bismi rabbika' , yakni "Jadikanlah perbuatan ini ikhlas karena Allah dan lakukanlah semata-mata karenanya. Sesungguhnya ibadah itu jika karena Allah, maka bagaimana bisa setan berani untuk berbuat mengganggu ibadah yang ikhlas karena Allah?" Fahruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya’ 1420 H], juz XXII, halaman 512. Lebih ringkas, Syekh Musthafa Al-Maraghi menafsirkan Surat Al-'Alaq ayat pertama dengan "Jadilah orang yang mampu membaca dengan kekuasaan Allah yang menciptakanmu dan menghendakimu setelah engkau tidak dapat melakukan itu. Sesungguhnya Muhammad saw tidak dapat membaca dan menulis. Perintah ilahi datang supaya Muhammad dapat membaca, sekalipun tidak dapat menulis. Allah akan memberikan kitab kepadanya untuk ia bacakan, meskipun ia tak dapat menulisnya." Wallahu a'lam. Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi 1365H/1946M], juz XXX, halaman 199. Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo .
  • z8xg3lhms3.pages.dev/7
  • z8xg3lhms3.pages.dev/872
  • z8xg3lhms3.pages.dev/712
  • z8xg3lhms3.pages.dev/522
  • z8xg3lhms3.pages.dev/94
  • z8xg3lhms3.pages.dev/705
  • z8xg3lhms3.pages.dev/473
  • z8xg3lhms3.pages.dev/388
  • z8xg3lhms3.pages.dev/467
  • z8xg3lhms3.pages.dev/304
  • z8xg3lhms3.pages.dev/305
  • z8xg3lhms3.pages.dev/707
  • z8xg3lhms3.pages.dev/926
  • z8xg3lhms3.pages.dev/42
  • z8xg3lhms3.pages.dev/540
  • tafsir surat al alaq ibnu katsir