CaramenggambarCara menggambar wayangMenggambar wayang kulitMenggambar wayang kulit menggunakan kartonWayang kulit bimaMenggambar wayang kulit bimaBimaPandaw

0% found this document useful 0 votes9K views2 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes9K views2 pagesCara Membuat Wayang Menggunakan KARTONJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Kemudiansaya saat smp mulai membeli kertas karton yang tipis, dan saya buat wayang saya, janaka, hasilnya lumayan, tetapi tanpa warna :d karena tidak mungkin dulu saya membeli cat, saya juga pernah membuat kayon lho, kalau kayon saya pahat menggunakan pahat dari paku besar yang saya panaskan dan saya gembleng dengan palu, hingga akhirnya

Dikutip dari Yap, saya adalah penggemar wayang kulit, hampir setiap malam saya mencari chanel radio yang menyiarkan wayang kulit, terutama yang didalangi oleh Ki Hadi Sugito, haha. Karena walaupun sudah pernah mendengar, entah mengapa saya selalu saja tidak bosan D Saya telah mengenal wayang sejak SD, karena alm ayah saya sangat menyukai wayang dan mendengarkan wayang stiap malam Selasa dan Jum'at, otomatis saya juga mendengar dan mulai mengerti ceritanya D Dulu pada saat SD saya pernah menyobek buku bahasa Jawa yang ada gambar Gatotkacanya, kemudian saya tiru gambarnya, dan mendapat nilai bagus saat SD kelas 6 D Kemudian saya disuruh menggambarkan wayang oleh teman deman imbalan uang. Hingga akhirnya saya kok mulai bosan kalau hanya menggambar saja, inilah mula saya mulai membuat wayang kulit saya D Saat SD kelas 6, saya membuat wayang dari kertas kalender, tokoh Werkudara D Karena Werkudara saya anggap mudah saat itu, tapi tentunya hanya wayang tanpa pahatan dan tidak seperti sungguhan lho ya D Kemudian saya saat SMP mulai membeli kertas karton yang tipis, dan saya buat wayang saya, Janaka, hasilnya lumayan, tetapi tanpa warna D Karena tidak mungkin dulu saya membeli cat, saya juga pernah membuat kayon lho, kalau kayon saya pahat menggunakan pahat dari paku besar yang saya panaskan dan saya gembleng dengan palu, hingga akhirnya menjadi pahat multifungsi D Karena pahat tersebut tidak hanya saya gunakan untuk menatah wayang tetapi juga untuk melubangi bambu yang digunakan untuk dijadikan kincir D Tetapi bukan kincir air lho ya, bahasa jawanya Kitiran Yap, saya kemudian saya dibelikan wayang oleh Karolina, saya senang sekali D Kemudia tidak lama kemarin saya membeli Janaka dan Buto Cakil D dari kulit, tetapi tidak mahal, wong itu cuma wayang pajangan dan bukan pentas, sunggingan dan cat-nya pun tidak sesuai pakem D Tidak puas, kemudian saya mulai menyungging wayang saya D Pertama saya membeli pahat, tetapi saya sempat bingung juga wong pahat sungging harganya bisa mencapai 400-500 ribu-an -_-. Tetapi akhirnya entah ide darimana, saya pergi ke pasar Klitikan atau pasar Pakuncen Yogyakarta D hehe, tahulah kenapa saya kesini 3 Disana saya muter-muter, kok tidak ada ya, hingga akhirnya saya menemukan pahat kayu yang satu set berisi 6 buah pahat, walau bukan pahat sungging dan kurang lengkap, ya tidak apalah daripada tidak sama sekali D Pahatnya berharga 15 ribu, murah kan D Kemudian saat mau pulang tanpa sengaja saya melihat kios yang memajang wayang Werkudara gapit putih, saya perhatika itu memang dari kulit, tetapi bukan wayang pentas, jadi hanya asal yang bikin D mungkin tapi D Saya dekati dan ternyata benar, wong gapitnya saja memakai bambu D dan sudah pada menekuk kulitnya D Kemudian saya bertanya mau dijual berapa. Bapaknya menjawab mau dijual 150 ribu. Heh? Dalam hati saya merutuk, wah Bapak ini mungkin mengira saya tidak tahu wayang, jadi menjual wayang kualitas tersebut dengan harga tinggi. Dalam hati saya berkata bahwa wayang tersebut tidak mungkin dijual lebih dari 100 ribu saat baru, apalagi kalau kondisinya sudah seperti itu -_-. Akhirnya ya sudah, saya tersenyum pada Bapaknya dan minta pamit tanpa berkomentar Wah jadi kepanjangan ya D Oke ini dia langkah-langkah membuat wayang kulit ala saya D Wayang yang saya buat adalah tokoh bernama Werkudara Dan ini menjadi wayang yang dicat pertama saya D Pertama siapkan kertas karton, apahat, dan cat poster, kemudian teman-teman dapat melihat proses selanjutnya dari foto-foto berikut ini "Cogito Ergo Sum"
Keterampilan dan kerajinan membuatan mainan karya seni dengan alat bahan sederhana dengan memanfaatkan bahan-bahan yang bisa di daur ulang dan dapat melesta
Aku melihat ayah sibuk mengangkat karton-karton yang dijepit dengan bilah bambu, dan sudah berbentuk. Ketika aku mendekat, ternyata ayah membuat berbagai bentuk hewan, mulai kera, kura-kura, bahkan hewan kesukaanku unicorn, tak ketinggalan dibuatnya. “Rahma, tolong ayah mewarnai wayang-wayang ini, ya!” pinta ayah sambil menaruh cat di paletku. Aku mengangguk antusias. Kemudian mengambil unicorn. Lalu, aku menyapu unicorn itu dengan kuas dengan berbagai warna yang cantik. Kulihat ayah sudah menyelesaikan dua wayang lainnya, sementara aku masih berkutat dengan unicorn. Setelah semua selesai, ayah menyuruhku menancapkan wayang-wayang itu ke balok stirofoam untuk kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Kemudian ayah menyuruhku untuk mencuci tangan. “Jangan lupa di sela-sela jari dan kuku juga dibersihkan agar kuman-kuman tidak masuk ke tubuhmu,” ujar ayah. “Siap, Ayah!” sahutku. Malam ini, aku bersama ibu dan ayah berkumpul di ruang tamu sambil menikmati susu cokelat hangat. Dengan lampu utama yang dimatikan dan hanya ada penerangan dari lampu tempat pementasan wayang yang akan dibawakan ayah. Ayah lalu menyebut judul ceritanya, “Kura-kura dan Kera”. Ayah pun mulai bercerita. Inti ceritanya adalah seekor kura-kura yang dimanfaatkan oleh kera untuk membawa makanan begitu banyak ke pesta kenduri. Kura-kura repot membawa banyak makanan, sementara si kera hanya bergelayut dari satu pohon ke pohon lainnya, sambil mencomoti buah yang dibawa kura-kura, hingga tak sadar buah yang dibawa kura-kura semakin sedikit. Kura-kura terus mengingatkan kera untuk jangan menghabiskan buah yang dibawa, bahkan menyuruhnya bergantian untuk membawa buah-buahan. Namun, sang kera hanya menggeleng. Kura-kura geram. Ia lalu membentak kera. Setelah dibentak, kura-kura pun merasakan perutnya begah karena kekenyangan “Makanya, harus mau tolong-menolong. Jangan giliran ada makanannya saja baru mau mendekat, sekarang minta maaf kepada kura-kura,” unicorn datang menasihati kera supaya tidak jahat lagi kepada kura-kura dan mau saling menolong. Kera dan kura-kura lalu bersalaman. Mereka berdua lalu bergotong royong membawa buah-buahan sampai ke pesta kenduri. Wayang-wayang mulai dibariskan. Ayah selesai memainkan pentas wayang dari karton itu. Disambut tepuk tangan aku dan ibu. “Ayah, bikin lagi dong cerita yang seru.” Aku memohon sambil mengerlingkan mata. “Oke, minggu depan, ya.” ujar Ayah sambil tersenyum. Minggu depan nanti, kira-kira Ayah akan bercerita tentang apa lagi, ya? Pasti lebih seru dari yang sekarang. Aku jadi tak sabar menunggu. Oleh Tim Nusantara Bertutur Penulis Rizky Alvian Pendongeng Paman Gery IG paman_gery Ilustrasi Regina Primalita .
  • z8xg3lhms3.pages.dev/309
  • z8xg3lhms3.pages.dev/446
  • z8xg3lhms3.pages.dev/153
  • z8xg3lhms3.pages.dev/859
  • z8xg3lhms3.pages.dev/55
  • z8xg3lhms3.pages.dev/913
  • z8xg3lhms3.pages.dev/249
  • z8xg3lhms3.pages.dev/628
  • z8xg3lhms3.pages.dev/303
  • z8xg3lhms3.pages.dev/697
  • z8xg3lhms3.pages.dev/50
  • z8xg3lhms3.pages.dev/899
  • z8xg3lhms3.pages.dev/166
  • z8xg3lhms3.pages.dev/913
  • z8xg3lhms3.pages.dev/511
  • cara membuat wayang dari karton